Awalnya Hanya Julukan, Tak Banyak yang Tahu Inilah Asal Usul Nama Habibie, Kini Harumkan Indonesia
Awalnya Hanya Julukan, Tak Banyak yang Tahu Inilah Asal Usul Nama Habibie, Kini Harumkan Indonesia
Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Welly Hadinata
Awalnya Hanya Julukan, Tak Banyak yang Tahu Inilah Asal Usul Nama Habibie, Kini Harumkan Indonesia
SRIPOKU.COM - Kabar duka menyelimuti masyarakat Indonesia. BJ Habibie meninggal dunia Rabu (11/9/2019).
Benar saja, saat kabar BJ Habibie meninggal dunia tersebar, Presiden ketiga RI itupun langsung menjadi sorotan.
Diketahui saat berita ini diturunkan, jenazah BJ Habibie sudah dibawa ke Taman Makam Pahlawan Kalibata untuk segera dimakamkan.
Acara pemakaman akan didahului dengan penyerahan jenazah dari keluarga kepada negara sekitar pukul 12.30 WIB.
Perwakilan pihak keluarga yang menyerahkan jenazah Habibie adalah putranya, yakni Thareq Kemal Habibie.
Adapun perwakilan negara yang menerimanya, yakni Ketua MK Anwar Usman.
Selanjutnya, pemakaman akan dilakukan secara kemiliteran dengan dipimpin oleh Garnisun TNI.

• Jadwal Sholat atau Waktu Sholat untuk Daerah Kota Palembang, Hari Ini Kamis 12 September 2019
• Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Palembang Hari Ini, Kamis 12 September 2019, Hari yang Cerah
• Tim Puslitbang Mabes Polri Lakukan Penelitian Efektivitas SPKT di Mapolres Prabumulih
Sepeninggalnya BJ Habibie, duka sangat dirasakan tak hanya bagi keluarganya saja.
Hal itu lantaran BJ Habibie memang dikenal banyak memberikan sumbangsi bagi Indonesia.
Meski begitu, tampaknya tak banyak yang mengetahui tentang asal usul di balik nama BJ Habibie itu sendiri.
Dilansir dari Artikel Kompas.com melalui TribunNews.com, awalnya, BJ Habibie kerap disapa Rudy oleh keluarga dan teman-temannya.
"Saat usia tiga tahun saya pandai membaca Quran karena sejak kecil sudah dibacakan ayat-ayat Quran oleh ayah saya," kata Habibie seperti dilansir Antara sewaktu peluncuran buku biografinya pada Oktober 2015 silam.
"Melihat saya mulai bisa baca Quran, orangtua saya memanggilkan guru mengaji untuk mengajari saya, kakak, dan adik saya, kami memanggilnya Kapten Arab," lanjutnya.
Rupanya julukan nama Habibie muncul karena guru ngaji tersebut memberikannya.
"Saat dia panggil Habibie, semuanya nengok, tapi Kapten bilang, yang dimaksud Habibie adalah saya," lanjutnya.
Perjalanan Rudy menjadi Habibie, juga tertuang dalam buku biografinya yang ditulis Ginas S Noer, Rudy, Kisah Masa Muda Sang Visioner.
Dalam buku biografinya pula, tak hanya menjadi Habibie yang tertuang, namun cerita sedih tentangnya yang ditinggal meninggal sang ayah saat masih berusia remaja.
Bahkan demi mendapatkan ilmu yang tinggi, ibunda BJ Habibie harus dikirim ke Pulau Jawa dari Parepare demi melanjutkan studinya.
Pada saat itu, Rudy yang baru berusia 13 tahun mengaku sangat memahami pilihan ibunya untuk mengirimnya berlayar tiga hari tiga malam jauh dari keluarga.
"Saat itu ibu mengatakan, saya tidak mau melepasmu sendiri tapi saya harus melaksanakan agar kamu selalu nomor satu dan selalu menjadi panutan, kamu harus laksanakan tugasmu," papar Habibie dengan mata berkaca-kaca.
Namun, kelakuan ibundanya untuk mengirim BJ Habibie tersebut, tampak tak sia-sia.
Terbukti BJ Habibie lantas menjadi salah satu putra kebanggan RI.
Prestasi
Pada semasa hidupnya, Habibie juga pernah beberapa kali menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan saat masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Hal tersebut tidak terlepas dari keahliannya dalam bidang teknologi dirgantara dan Habibie memiliki gelar Prof Dr Ing yang disandangkan di bagian awal namanya.
Gelar tersebut ternyata menginspirasi banyak pihak, tidak terkecuali Hutomo Suryo Wasisto, ilmuwan diaspora Indonesia yang saat ini bermukim dan bekerja di Technische Universitat Braunschweig, Jerman.
Ito kecil bercita-cita dapat memiliki gelar seperti yang diperoleh Habibie, yakni Prof Dr Ing.
"Saya lihat di televisi dan koran, ingin ke Jerman dan punya gelar seperti BJ Habibie. Waktu itu mimpinya sudah tinggi sekali. Teman-teman bilang enggak usah mimpi tinggi-tinggi, susah, bahasa Inggris juga pas-pasan," ujar Ito, panggilan akrab Hutomo Suryo Wasisto, kepada Kompas.com, Jumat (23/8/2019) di Jakarta.
Saat duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Purbalingga, Ito selalu berhasil menempati peringkat pertama di antara teman-teman seangkatannya.
"Didikan orang tua menanamkan bahwa jangan lihat kita di mana. Meski di daerah, tapi lakukan yang terbaik. Belajar keras," ucapnya.
Setelah lulus sekolah menengah pertama, Ito melanjutkan ke sekolah menengah atas di Yogyakarta dan terpilih menjadi siswa yang masuk kelas akselerasi. Hal tersebut membuatnya hanya menempuh masa pendidikan selama dua tahun di SMA Negeri 3 Yogyakarta.
"Ada program kelas akselerasi, saya coba-coba aja dan diterima. Dari ratusan siswa, yang diterima cuma tiga orang dan sekolahnya cuma dua tahun," kata pria kelahiran 7 September 1987 itu.
Ia pun melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Gadjah Mada. Tepatnya di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro. Saat lulus, ia juga mampu keluar dan menjadi lulusan terbaik.
Tidak berhenti disitu, Ito berkeinginan untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Ia mencoba memperoleh beasiswa di negara pilihannya dan cita-citanya sejak kecil yakni Jerman.
Dia mendaftar di RWTH Aachen University, Jerman. Universitas untuk pengembangan teknologi melalui riset dan aplikasinya dalam dunia industri sekaligus mantan sekolah BJ Habibie.
Sayangnya, ia tidak berhasil diterima lantaran kampus tersebut meminta menyerahkan ijazah S1 sebagai syarat administratif, tetapi ijazahnya belum bisa langsung keluar sehingga harus menunggu selama satu semester.
Akhirnya, Ito mendapat tawaran dari seorang profesor dari Taiwan untuk program kuliah lewat pembiayaan dan perusahaan semikonduktor. Ia memutuskan untuk menerima tawaran tersebut dan menempuh studi di Asia University, Taiwan.
Ito mampu lulus sebagai lulusan terbaik dengan meraih GPA 92 dan menyandang predikat Outstanding scholar of semiconductor engineering industry R and D master degree.
Ia pun memperoleh gelar Master of Engineering in Computer Science and Information Engineering
"Saya jadi lulusan terbaik, dapat master degree award. Itu kelas spesial yang menggabungkan industri dengan universitas. Masalah yang dihadapi di industri dilempar ke universitas," tuturnya.
Setelah itu, tekad Ito untuk mewujudkan impiannya ke Jerman terus meluap. Dia akhirnya berhasil diterima sebagai scientific student sekaligus research assistant di negeri beribu kota di Berlin itu.
Ito dapat menempuh studi dan bekerja di Technische Universitat Braunschweig. Kota itu dikenal sebagai sister city Bandung.
Seiring berjalannya waktu, Ito mampu menghasilkan banyak journal paper yang mendasari dirinya untuk mendapat sejumlah penghargaan diantaranya Best Young Scientist Poster Award pada 2012 di Krakow, Polandia, dari Eurosensors.
Terdapat 45 journal paper yang berhasil ia terbitkan sejak tahun 2011 hingga 2019. Hal tersebut membuat orang-orang Jerman di kampus merasa bingung bagaimana bisa dia melakukan hal itu.
"Tadinya saya diremehin, dibilang itu susah, enggak berhasil. Tapi, semakin diremehin dan ditantang, saya semakin ingin membuktikan bahwa saya bisa," tegas Ito.
Ito berhasil lulus dari studi S-3 dibidang nanoteknologi di Technische Universitas Braunschweig sejak 2010 hingga 24 Juni 2014 dan mendapatkan gelar Doktor-Ingenieur (Dr Ing) in Electrical Engineering, Information, and Physics dengan status Summa Cum Laude with distinction/honor.
"Waktu wisuda saya diumumkan jadi PhD terbaik. Umur saya waktu itu 26 tahun dan akhirnya saya meraih gelar Dr Ing seperti Habibie. Itu doktor teknik yang cuma ada di Jerman," imbuh Ito.
Atas prestasi yang mampu ia peroleh, Ito berhak menyadang status German permanent residency for high-qualified person dan menduduki posisi sebagai Reasearch Group Leader.
Dia bertanggung jawab di Laboratory for Emerging Nanometrology (LENA) dan Institute of Semiconductor Technology (IHT), di Technische Universitat Braunschweig, Jerman.
Bisa dikatakan bahwa kedudukan itu setara dengan asisten profesor di Amerika Serikat. Artinya, selain sebagai dosen, Ito mempunyai kelompok mahasiswa sendiri dan otoritas untuk menentukan arah pengembangan riset apa yang akan dilakukan.
Tak terasa, sudah sekitar 9 tahun dia tinggal di Jerman. Status ilmuwan diaspora yang disandangnya sekarang membuatnya tidak bisa melupakan Indonesia sebagai tanah airnya. Ito ingin berkontribusi nyata.
Warisan BJ Habibie
Diantara hal-hal yang diwariskan BJ Habibie adalah hal-hal yang berhubungan dalam bidang teknologi, khususnya dunia penerbangan.
Semasa hidupnya BJ Habibie juga identik dengan julukan Bapak Teknologi.
• Sampai Maut Memisahkan, Mengenang Kisah Cinta BJ Habibie dan Ainun, Terungkap Tragedi Perjodohan
• Selain BJ Habibie, Kabar Duka Datang dari Adik Boy William, Raymond Hartanto Meninggal Dunia
• Download Lagu Nasional Gugur Bunga Ismail Marzuki Original dan Cover Dilengkapi dengan Kunci Gitar
Ia dikenal sebagai salah satu anak bangsa dengan pencapaian luar biasa pada bidnag tersebut.
Berikut ini adalah karya-karyanya yang sudah tercipta selama ini dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (12/9).
1. Teori Habibie (Teori Crack Propagation)
Nama lain teori ini adalah crack progression theory, yakni sebuah solusi untuk mendeteksi rambatan konstruksi pada badan pesawat.
Inti dari teori ini adalah mengenali keretakan yang terjadi pada pesawat.
Temuan ini ditemukan oleh Habibie saat berusia 32 tahun.
Keahliannya menghitung Crack Propagation sampai ke atom-atom peswat terbang membuat dirinya juga dijuluki sebagai Mr. Crack.
Dikatakan beliau harus benar-benar bekerja keras untuk mendapatkan teori ini sampai-sampai harus menghitung ke tingkatan atom.
Namun berkat teori ini, pesawat modern zaman sekarang jauh lebih irit dalam pembakaran bahan bakar sekaligus mampu mengurangi risiko kecelakaan pesawat.
2. Pesawat N-250
Karya BJ Habibie lainnya ialah Pesawat N-250. Pesawat N-250 merupakan pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia, PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia.
Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia.
Pesawat ini adalah ide dari Habibie.
Sebutan lainnya adalah pesawat Gatot Kaca. Ini adalah pesawat penumpang sipil yang dirancang IPTN atau PT.
Pesawat ini merupakan pesawat yang melakukan penerbangan perdana pada tanggal 10 Agustus 1995.
Dirgantara Indonesia. Kode N tersebut berasal dari kata Nusantara yang mana dimaksudkan untuk memberitahu kepada dunia jika segala pengerjaan pesawat ini dilakukan di Indonesia.
3. Ikut Merancang C-130 Hercules
BJ Habibie juga pernah ikut serta mendesain pesawat angkut militer C-130.
Ia mendesain pesawat angkut militer TRANSALL C-130.
Pesawat tempur ini punya empat turboprop sayap tinggi (high wing) yang bertugas sebagai pesawat angkut militer utama untuk pasukan militer di banyak bagian dunia.
Mampu mendarat dan lepas landas dari runway yang pendek.
Awalnya pesawat ini adalah sebuah pengangkut tentara dan pesawat kargo yang sekarang ini juga digunakan untuk berbagai macam peran, termasuk infantri airborne, pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, dan ambulans udara.
Sekarang ini ada lebih dari 40 model Hercules, termasuk beberapa kapal senapan, dan juga digunakan di lebih dari 50 negara. Itulah salah satu karya Habibie.
4. Pesawat R80
BJ Habibie dikenal mahir dalam membuat pesawat. Banyak pesawat yang diciptakan oleh Habibie.
Di antaranya ialah pesawat R80. Pesawat ini dirancang dengan teknologi terbaru dan super canggih dengan tingkat keamanan yang tinggi bagi penumpang.
Tak seperti pesawat pada umumnya, Pesawat R80 dilengkapi dengan teknologi fly by wire yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.
Fly by wire adalah sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.
Pesawat R80 adalah pesawat canggih yang keluar pada dekade ini.
Proyek pesawat ini digarap pada 2012 dan melakukan penerbangan perdananya pada 2017 kemarin.
Sisi canggih dari pesawat R80 adalah pesawat ini dilengkapi teknologi fly by wire.
Sistem ini memungkinkan pilot melakukan kendali menggunakan sinyal elektronik.
Pesawat R80 dirancang oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI).
PT Regio Aviasi Industri (RAI) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang.
Perusahaan ini didirikan oleh BJ Habibie bersama putra sulungnya Ilham Akbar Habibie.
Perusahaan ini khusus mengembangkan pesawat R80 yang merupakan lanjutan dari pesawat N250 yang juga hasil ciptaan Habibie.
Pesawat buatan Habibie direncanakan akan diterbangkan pertama kali di Bandar Udara Internasional Kertajati, Jawa Barat, yang masih dalam tahap pembangunan.
Hebatnya lagi pesawat ini sudah terjual sebanyak 155 unit padahal masih memasuki tahap perancangan.

5. Andil dalam Merancang Dornier DO-31
BJ Habibie juga andil dalam terciptanya pesawat Do-31. Ini merupakan jet transportasi eksperimental VTOL Jerman Barat yang dibangun oleh Dornier.
Do-31 dirancang untuk memenuhi spesifikasi NATO (BMR-4) untuk pesawat dukungan taktis untuk pesawat strike serangan VTOL VJ EWR 101 dirancang di bawah kontrak NATO dari BMR-3.
Proyek ini dibatalkan pada tahun 1970 karena tingginya biaya, masalah teknis dan perubahan persyaratan.
Namun ide Habibie pembuatan pesawat itu masih tercatat sampai sekarang.
• Sempat Nangis Sebelum Meninggal, Najwa Shihab Ungkap Kalimat Quraish Shihab saat Bisiki BJ Habibie
• Pernikahannya Tertutup, Syahrini Akhirnya Ungkap Kabar Kehamilan, Usia Kandungan Justru tak Terduga!
• Begini Cara Balas Chat WhatsApp Gebetan Berdasarkan Zodiaknya, Jangan Asal! Taurus tak Suka Bertele
Sudah Dipesan 155 Unit, Pesawat R80 BJ Habibie Jadi 4 Tahun Lagi, Sriwijaya Air Pemesan Terbanyak
Indonesia kembali berduka dengan kehilangan salah satu putra terbaik bangsa, BJ Habibie.
BJ Habibie meninggal dunia pada Rabu (11/9/2019) di RSPAD Gatot Soebroto.
Selepas ditinggal BJ Habibie untuk selama-lamanya, tentu banyak kenangan yang ditinggalkan.
Termasuk pula tentang salah satu mimpi BJ Habibie yang hingga kini belum teruwujud.
Ya, rupanya semasa hidupnya, BJ Habibie memiliki mimpi untuk menerbangkan pesawat yang telah dirancangnya, R80.
Pesawat R80 itu sendiri, telah dirancang BJ Habibie dari beberapa tahun yang lalu.
Dilansir dari Kompas.com, pada tahun 2017 perusahaan milik keluarga Habibie, PT Regio Aviasi Industri (RAI) mencari pendanaan untuk pembuatan purwarupa (prototype) pesawat R80 yang diperkirakan mencapai Rp 200 miliar.
Untuk keseluruhan biaya pengembangan usaha mencapai 1,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 20 triliun.
PT Regio Aviasi Industri (RAI) telah menjalin kerja sama dengan situs penggalangan dana melalui internet atau crowdfunding yakni Kitabisa.com.
"Kita punya sejarah patungan beli pesawat untuk Indonesia, Dakota RI-001 Seulawah! Sekarang panggilan itu kembali, yuk patungan pesawat R80 untuk Indonesia!" Begitulah kalimat pembuka di situs tersebut.
Menariknya, ada penawaran khusus bagi masyarakat yang ingin menyumbang dana untuk pengembangan pesawat R80 rancangan presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie.
Publik bisa menyumbangkan donasi mulai dari Rp 100.000, dengan imbalan foto donatur akan ditampilkan di badan Pesawat R80.
Adapun untuk donasi Rp 200.000, foto penyumbang dana akan ditampilkan di badan pesawat dan mendapatkan satu buah kaos ekslusif R80.
Masyarakat yang menyumbangkan dana sebesar Rp 300.000, maka foto donatur akan ditampilkan di badan pesawat dan mendapatkan hoodie ekslusif R80.
Sementara untuk jumlah yang lebih besar yakni donasi Rp 700.000, foto donatur akan ditampilkan di badan pesawat dan mendapatkan jaket bomber ekslusif R80.
Gibran Turun Menyumbang
Putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka bahkan turun menyumbang danan untuk pembuatan pesawat R80 yang dirancang BJ Habibie.
Hal tersebut dilakukannya saat hadir dalam penutupan hajatan besar Badan Ekonomi Kreatif Habibie Festival tahun 2018 lalu.
Kehadirannya disambut pula oleh putra Presiden ke-3 RI BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie.
Dukungan tersebut dilakukan Gibran agar bisa membuat industri dirgantara nasional segera bangkit kembali.
Dukungannya melalui penjualan produk kreatif t-shirt milik Tugas Negara Bos, sebuah brand yang sedang dikembangkan Gibran.
T-shirt tersebut bergambar BJ Habibie saat masih muda.
"Target donasi tidak ada, namun yang terpenting adalah bagaimana semangat kita untuk mendukung kebangkitan kedirgantaraan Indonesia," terang Gibran dalam acara penutupan Bekraf Habibie Festival di De Tjolomadoe, Minggu (22/4/2018).
Sehingga melalui patungan ini dapat menghasilkan pesawat milik anak bangsa.
155 Pesawat R80 Telah Dipesan
Dilansir dari TribunSolo.com, Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI), Ilham Akbar Habibie mengatakan Pesawat R80 rancanganPresiden BJ Habibie terus dikembangkan.
Bahkan, sambungnya, cakupan pasarnya pun terus diperluas.
"Karena tidak banyak negara di dunia ini yang mampu membuat pesawat, dari sekitar 200 negara di dunia ini, hanya sekitar 20 negara atau 10 persennya yang mempunyai kemampuan tersebut," katanya saat berada di Solo, Selasa (12/3/2019).
Pihaknya menyebut saat ini PT RAI masih dalam proses membuat purwarupa pesawat R80.
• Ada yang Jadi Istri Kedua, 9 Pramugari Cantik Ini Rupanya Dinikahi Artis Terkenal, No 3 Jadi Pejabat
• Selain BJ Habibie, Kabar Duka Datang dari Adik Boy William, Raymond Hartanto Meninggal Dunia
• Video: Sempat Nangis Sebelum Meninggal, Najwa Shihab Ungkap Kalimat Quraish Shihab Bisiki BJ Habibie
Proses ini diperkirakan akan selesai dalam 4 tahun ke depan.
Sejauh ini pemesanan masih di cakupan dalam negeri, antara lain Nam Air sebanyak 100 unit, Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit dan Aviastar 10 unit.
Dalam arti total pemesanan pesawat yang akan digarapnya sudah mencapai 155 unit.
"Dan Sriwijaya Air menjadi perusahaan yang paling banyak memesan pesawat berbaling-baling tersebut," ungkapnya.
Untuk pengembangannya, pihaknya mengaku tahun ini 2019, akan ada investor yang lumayan besar, dan investor tersebut dari Indonesia.
"Saya belum bisa menyebut nama investor karena masih dalam perundingan," tutupnya.