Sedih, Seorang Kakek Buta 76 Tahun ini Hidup Sebatang Kara di Pos Kamling Berukuran 2X3 Meter
Seorang Kakek Buta 76 Tahun, Hidup Sebatang Kara di Dalam Pos Kamling Berukuran 2X3 Meter
Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Welly Hadinata
Kadang barang dagangannya hanya dibarter dengan barang lain tanpa mendapat uang.
Seperti pagi itu, Wardi rela menukar sepeda mini yang dibawanya keliling kampung dengan sebuah tape recorder karena salah satu warga membutuhkan sepeda mini untuk anaknya.
“Ditukar saja tadi tida ada uangnya. Kira kira harganya seratus ribu ini tape, nanti dijual berapa lah yang penting diatas 100 ribu,” tuturnya.
Meski sering tak mendapat untung dalam jual beli barang rongsokan, Mbah Wardi enggan merepotkan warga lain disaat perutnya lapar.
Dia memilih menahan lapar dari pada harus merepotkan orang lain.
“Kalau punya uang dia pasti beli, tidak mau dikasih. Kadang dia memilih menahan lapar, meski kita kasih tidak mau,” ujar Isminah pemilik warung di depan pos ronda tempat tinggal mbah Wardi.
Meski mengalami kebutaan pada usia 35 tahun, Mbah Wardi tidak pernah kesulitan bepergian untuk mencari pembeli maupun mencari barang rongsok untuk dijual keiling kampung .
Dia mengaku cukup hafal dengan jalan jalan di desanya, bahkan jalan di 5 desa sekitar desa Jambangan dia masih mengingat.
“Rabanya pakai kaki. Kalau arah ke mana seperti diingatkan. Seperti mau ke Desa Kebon itu arahnya ke sana, kalau Desa Jambangan kulon arahnya ke sana seperti di tuntun.
Susahnya kalau ketemu mobil selep padi, dengar suara ribut saya bingung tadi arahnya kemana,” Jelas Mbah Wardi.
Tidak Ingin Merepotkan
Meksi hidup terlunta lunta dan mengalami kebutaan, Wardi tidak pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah.
Dia mengatakan, tidak membutuhkan bantuan dari siapapun selagi dia bisa mencari sendiri kebutuhan hdupnya.
“Kalau dirasakan ya susah, tapi saya ikhlas menjalaninya. Yang penting masih bisa berusaha,” ucapnya.
Meski lahir di Desa Jambangan, Wardi ternyata tak pernah memiliki Kartu Tanda Penduduk KTP.