Main di Warnet 24 Jam Tanpa Makan Minum Berpotensi Kena Stroke dan Tak Bisa Bicara Normal

Kebiasaan nongkrong di Warnet tanpa kenal waktu bisa berpotensi berbagai penyakit sepert stroke dan kemampuan bicara.

Penulis: Salman Rasyidin | Editor: Salman Rasyidin
worldofbuzz.com
Pria 22 tahun ini kena stroke dan mungkin tak bisa bicara normal lagi. 

Main di Warnet  24 Jam Tanpa Makan Minum Berpotensi Kena Stroke dan Tak Bisa Bicara Normal

SRIPOKU.COM --Kebiasaan nongkrong di Warnet --terutama kalangan milenial  tanpa kenal waktu  bisa berpotensi berbagai penyakit sepert stroke dan kemampuan bicara. 

Salah satu temuan kasus yang terjadi di Taiwan  yang kasus tersebut --di mana orang terlalu lama bermain internet dan membahayakan kesehatannya terjadi lagi.

Seperti diviralkan Intisari-Online.com yang disadur  dari World of Buzz via hai.grid.id pada Senin (15/7/2019), seorang pria berusia 22 tahun ditemukan tak sadarkan diri di sebuah kafe internet (warnet).

Diketahui pria yang berasal dari Kaohsiung, Taiwan tersebut ditemukan sudah dalam keadaan terjatuh dari kursinya, saat dibangunkan pun tak bisa.

Akhirnya, ia dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan.

Dokter yang memeriksa pria ini menemukan ada sebuah penyumbatan di otak kirinya. Hal inilah yang menyebabkannya terkena stroke.

Stroke tersebut mengakibatkannya lumpuh di bagian tubuh kanannya dan juga membuatnya kesulitan dalam berbicara.

Setelah diselidiki, terungkap bahwa pria ini sedang menganggur dan telah berada di kafe internet tersebut selama 24 jam.

Selama itu, ia nggak makan ataupun minum, bahkan tidak beranjak dari kursinya.

Ia memang merupakan pelanggan tetap kafe internet tersebut dan bahkan biasa menggunakan komputer di tempatnya itu.

Dalam pemeriksaan lanjutan, dokter mengatakan bahwa remaja ini tidak memiliki riwayat medis kronis.

Namun, ia hanya sedikit memiliki kelebihan berat badan dan tidak dalam kondisi fisik yang baik.

Semua ini ditambah kebiasaannya yang tidak sehat. Seperti tidak makan dan minum saat berada di kafe internet tersebut.

Rentetan kebiasaan itulah yang mungkin menyebabkan dirinya menderita stroke.

Kemudian, pria ini harus mendapatkan pengobatan dan rehabilitasi selama setengah tahun sebelum akhirnya ia bisa menggunakan kursi roda sendiri.

Sayangnya, dokter mengatakan akan sulit untuk dirinya kembali berbicara normal.

Dokter mengatakan, meski rata-rata penderita stroke pada pria terjadi di kisaran usia 64,5 tahun dan wanita sekitar 68,5 tahun, namun semakin ke sini usia penderita stroke jadi makin muda.

net
Pria 22 tahun ini kena stroke dan mungkin tak bisa bicara normal lagi.                  worldofbuzz.com

Stroke juga menyerang dewasa muda

Angka kejadian stroke di Indonesia bahkan semakin meningkat, termasuk pada orang berusia yang semakin muda di bawah 50 dan 40 tahun.

Peningkatan tersebut terpapar dalam Riset Kesehatan Dasar 2018. 

Namun seiring bertambahnya usia, terlihat bahwa risiko kejadian stroke semakin besar.

Melalui perbandingan data lima tahun lalu, angka stroke naik pada setiap jenjang usia.

Misalnya, kini di usia 45-54 tahun angka kejadian mencapai 14,2 per mil yang artinya pada setiap 1000 orang ada 14 orang yang terkena stroke.

Pada rentang usia selanjutnya di 56-64 tahun, kejadian stroke jadi 32,4 per mil.

Menurut Vivien Puspitasari, Sp.S., dalam wawancara dengan kompas.com pada Februari 2019, penyebab peningkatan tersebut yakni faktor risiko stroke yang juga semakin banyak. 

Faktor risiko yang memicu stroke antara lain diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, dan kebiasaan merokok sejak muda.

Dampak dari pola hidup yang tidak sehat akan terasa seiring bertambahnya usia dan menimbulkan faktor risiko stroke ini. 

“Faktor risiko stroke memicu adanya penyumbatan di pembuluh darah otak.”

“Contohnya kolesterol bisa membuat penumpukan lemak dan gumpalan darah penyempitan pembuluh darah,” ujar Vivien.

Bahayanya lagi, kejadian stroke selalu muncul mendadak, tanpa ada tanda-tanda tertentu. Bentuknya bisa berupa stroke ringan bisa pula stroke berat.

Bisa disebabkan adanya penyumbatan di pembuluh darah otak, bisa juga karena adanya perdarahan akibat pembuluh darah otak yang pecah.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved