Tekan Jumlah Sampah , DLH Banyuasin Kembangkan Lalat BSF
DLH Kabupaten Muba berinovasi agar jumlah sampah di sebuah wilayah bisa ditekan sehingga tidak merugikan kesehatan manusia khususnya di Kabupaten Muba
Penulis: Fajeri Ramadhoni | Editor: Budi Darmawan
SRIPOKU.COM, SEKAYU -Dikenal sebagai hewan pembawa penyakit dan menjijikan ternyata lalat mempunyai manfaat lain, ialah lalat tentara hitam atau biasa disebut Black Soldier Fly (BSF) dengan nama latin Hermetia illucens atau lalat magot. Lalat BSF dikenal bersifat patogen karena tidak membawa agen penyakit yang mana saat ini sedang di kembangbiakan untuk mengurai sampah yang ada di sejumlah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada di Sekayu.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Muba Andi Wijaya Busro, menjelaskan bahwa saat ini sampah menjadi ancaman terbesar kerusakan lingkungan dan kesehatan. Berawal dari sana DLH Kabupaten Muba berinovasi agar jumlah sampah di sebuah wilayah bisa ditekan sehingga tidak merugikan kesehatan manusia khususnya di Kabupaten Muba.
“Ya, saat ini kita mempunyai inovasi baru untuk penanganan sampah yang saat ini kami lakukan, yakni dengan menerapkan pengelolaan sampah dengan metode BSF (Black Soldier Fly) atau sering disebut Lalat Tentara Hitam,” ujar Andi, disela pembukaan Peda KTNA ke XII, Senin (24/6/19).
Dijelaskannya, fungsi da manfaat lalat BSF sendiri membantu penguraian sampah yang ada di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah disejumlah TPA yang ada di Muba. "Sehingga sampah organik bisa terurai dan ramah lingkungan,” ungkapnya.
Metodw pengembangbiakan lalat tentara hitam tersebut tidak dilepas begitu saja, namun diternak atau dikembangbiakkan dalam kawasan khusus terlebih dulu.
“Pengembangbiakan lalat hitam ini untuk menghasilkan maggot atau belatung. Belatung dari lalat hitam inilah nanti yang akan bekerja untuk mengurai sampah, sehingga volume sampah akan berkurang dan mengurangi bau sampah,”ungkapnya.
BSF dikembangbiakkan di tempat yang disebut nursery. Setelah lalat bertelur, kemudian telur dipisahkan dan ditempatkan ditempat yang berbeda untuk proses penetasan. Setelah menetas dan berusia lima hari diletakkan pada sampah organik.
“Setelah 10 hari, maka larva tersebut sudah dapat dipanen dan ditebarkan ke tumpukan sampah untuk bekerja mengurai sampah,” ujarnya
Pihaknya berharap inovasi yang dilakukan dapat mengurai sejumlah sampah yang ada di Kabupaten Muba khususnya. Karena metode tersebut telah terbukti dan sangat efektif untuk mengurangi volume sampah di TPA, yang telah diterapkan oleh sejumlah daerah.
"Jadi metode ini bisa menjadi asolusi permasalahan pengolahan sampah di Kabupaten Muba, sehingga kedepan tidak hanya untuk sampah di TPA saja, namun juga TPA sampah yang ada di desa-desa,”jelasnya.
Sementara, Bupati Muba H Dodi Reza Alex mengatakan, sampah merupakan limbah yang berbahaya dan sudah menjadi permasalahan global. Diharapkan dengan inovasi ini mampu mengurai sampah lebih cepat dan efisien.
"Kita berharap dengan inovasi yang baru ini, bisa mengatasi permasalahan sampah tanpa membuat pencemaran lingkungan. Sehingga metode BSF ini dinilai cukup efektif,” tutupnya. (cr13)