Berita PALI
Terendam Banjir, Warga PALI - Prabumulih Putar Arah
Meluapnya anak sungai Lematang menyebabkan akses jalan penghubung antara Kabupaten PALI dan Kota Prabumulih terendam banjir.
Penulis: Ardani Zuhri | Editor: Tarso
Laporan wartawan sripoku.com, Ardani Zuhri
SRIPOKU.COM, PALI -- Meluapnya anak sungai Lematang menyebabkan akses jalan penghubung antara Kabupaten PALI dan Kota Prabumulih tepatnya di jembatan kayu di Kelurahan Payu Putat, Kecamatan Prabumulih Barat, terendam banjir.
Warga dari Kabupaten PALI dan Kota Prabumulih terpaksa putar arah menghindari banjir, Rabu (13/2/2019).
Dari informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, banjir tersebut sering terjadi terutama memasuki musim penghujan.
Namun banjir tersebut biasa terjadi didekat jembatan kayu yang dibangun warga secara swadaya dengan ketinggian sekitar satu meter, akibat banyak kendaraan roda empat dan dua harus memutar jika ingin menuju ke Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Pali atau sebaliknya ke Kelurahan Payu Putat, Kecamatan Prabumulih Barat, Kota Prabumulih.
Akibatnya sangat menganggu aktifitas warga terutama perekonomian karena jalan tersebut merupakan jalan yang paling cepat menuju kota Prabumulih.
Bahkan ada beberapa kendaraan mencoba memaksa melintas namun kebanyakan mogok sehingga terpaksa didorong melintasi wilayah banjir.
Menurut Radi (30) warga PALI, bahwa berencana mau pulang ke desanya di Kecamatan Penukal, Kabupaten PALI. Ia sengaja memilih jalan ini, karena merupakan jalan pintas menuju ke desanya.
Kalau melewati desa Modong, Kecamatan Sungai Rotan, Kabupaten Muaraenim atau dari Desa Tanjung Dalam, itu agak memutar sehingga jalannya agak jauh dan memakan waktu serta minyak.
• Berusaha Melawan Petugas, Residivis di OKI Ini Dihadiahi Timah Panas
• Penemuan Mayat di Kuburan Sungai Goren, Sebelum DitemukanTeguh Sempat Mengaku Mau Gantung Diri
• Daftar Korban Kecelakaan Adu Kambing Bus & Truk di Lubuk Karet Banyuasin, 3 Meninggal 13 Luka-Luka
Jadi ia nekat menerobos banjir namun ternyata motornya terendam dan mogok ditengah banjir.
Hal senada dikatakan Sandri (35) warga Tanah Abang, Kabupaten PALI, kejadian seperti ini, sudah beberapa kali dialaminya, jika agak surut ia paksakan melintas, namun jika dalam ia menunggu surut atau balik arah lewat jalan lain meski resikonya agak memutar.
Untuk itu, ia berharap dengan pihak terkait untuk bisa membangun jembatan yang permanen sehingga masyarakat bisa lebih cepat untuk akses perputaran perekonomian di Prabumulih dan PALI, khususnya Tanah Abang.
"Jika lewat sini ke Prabumulih hanya makan waktu sekitar 40 menit, tetapi kalau memutar bisa 1-2 jam," kata Sandri.
Sementara itu, Ali Umar (45) warga Kecamatan Prabumulih Barat, yang mengaku mengelola jembatan darurat tersebut, mengatakan bahwa jembatan kayu tersebut dibangun dengan swadaya masyarakat. Sebab kalau tidak dibangun masyarakat, akses ke Prabumulih - PALI akan kesulitan dan tidak efisien karena jauh harus memutar.
"Pernah ada petugas dari pemerintah Provinsi mengukur jembatan yang telah kami bangun, kata mereka akan membangun jembatan ini pada tahun 2019," ujar Ali.(ari)
===