Harga Tiket Naik Jadi Keluhan Dan Perhatian Publik, Ternyata Maskapai Penerbangan Menerapkan Ini
Penerapan skema maskapai ini hampir secara bersamaan, sehingga terkesan sepekat dan mendadak hingga akhirnya jadi sorotan.
SRIPOKU.COM-- Pengamat Penerbangan, Arista Atmajati mengatakan saat ini perusahaan maskapai penerbangan tengah menerapkan pola dynamic pricing.
Akibatnya, harga tiket pun dikeluhkan dan menjadi perhatian publik.
Dynamic pricing adalah harga produk dan jasa akan bervariasi untuk satu produk dan jasa yang sejenis berdasarkan penentuan harga pada kondisi tertentu.
"Sebetulnya bukan harga naik, tapi memainkan (harga). Namanya dynamic pricing," ungkap Arista ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (12/2/2019).
Arista mengatakan, langkah ini pertama kali diterapkan oleh Garuda Indonesia sebagai maskapai dengan status price leader yang memiliki fasitas full service.
• Fabiano Beltrame Pamit Dari Madura United, Unggah Ucapan TerimaKasih dan Pindah Ke Klub Ini
• Hubungan Semakin Sehat dan Harmonis Bersama Pasangan, 4 Kunci Ini Yang Harus Dipenuhi
• Harga Samsung Galaxy M20 Jauh Lebih Mahal Dibandingkan Bandrol di India, Ini Penjelasannya

Mereka bisa menentukan sendiri kenaikan harga tiket.
"Dia (Garuda Indonesia) bisa mengutip 100 persen dari harga ketentuan yang ditentukan oleh pemerintah, berdasarkan Permenhub Nomor 14 Tahun 2016," ujarnya.
Dia menuturkan, langkah maskapai pelat merah itu juga diikuti Lion Air Grup ihwal dyanic pricing.
Sebagai maskapai kelas Low Cost Carrier (LCC), selain kenaikan harga tiket juga ada pengenaan bagasi berbayar.
Penerapan skema maskapai ini hampir secara bersamaan, sehingga terkesan sepekat dan mendadak hingga akhirnya jadi sorotan.

"Rupa-rupanya diikuti Lion Air Grup, jadi kesannya semua naik. Selain itu, Lion Air Grup tambah berani mengenakan bagasi berbayar, hampir berbarengan dengan perubahan dynamic pricing," jelasnya.
Ia menyatakan, apa yang dilakukan perusahaan penerbangan itu memang masih dalam koridor wajar dan tidak menyalahi aturan yakni termaktub dalam Permenhub Nomor 14 Tahun 2016.
Namun, langkah yang dipilih maskapai ini menimbulkan efek domino dan berkepanjangan.
• CEK PONSEL ANDA, Inilah Daftar Ponsel Dengan Tingkat Radiasi Terendah
• Berikut Jadwal Persija Jakarta dan PSM Makassar di Piala AFC 2019, Mulai 25 Februari 2019
• Penyakit Kawasaki, Penyakit Langka Yang Tak Boleh Diabaikan, Menyerang Balita, Begini Dampaknya
Hingga kini terkait harga tiket pesawat yang dinilai masih mahal dibahasan.

Menurutnya, manajemen maskapai penerbangan mengambil keputusan itu karena karena alasan keuangan.
Sebab, sejak dua sampai tiga tahun terakhir kinerja mereka terbilang buruk.
Salah satu cara memperbaikinya ialah menerapkan pola dynamic pricing tersebut.
• Inilah Cara Yang Paling Efektif Merawat Tas Kulit, Tips Berikut Ini Penting Untuk Diperhatikan
• Tahukah Anda Dengan Kelembak? Sayuran Ajaib Ini Ampuh Mengatasi Kanker dan Jantung Serta Sembelit
• 4 Cara Diet Ini Sangat Baik Untuk Menyeimbangkan Gula Darah
"Memang rapot keuangan maskapai itu jeblok. Supaya bisnis maskapai ini tidak perang harga, jadi mempertahankan bisnis secara sustainable," tambahnya.
Besarnya market share kedua maskapai ini memberikan dampak besar ke dunia penerbangan Tanah Air, atas kebijakan yang diambil.
Hingga akhirnya polemik soal tarif atau harfa tiket masih hangat dibicarakan.
"Lion Air Group menguasai 55 persen market share di Indonesia. Garuda Indonesia market share-nya 40 persen. Jadi hampir 95 persen naik. Jadi kesannya seperti janjian naik, itu berdampak kepada masyarakat," lanjutnya.
"Pilihannya tinggal maskapai kecil-kecil, seperti AirAsia, XpressAir, TriganaAir, dan lainnya," sebut dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul:
Gaduh Tiket Pesawat Mahal, Ternyata Maskapai Terapkan "Dynamic Pricing"
===