Pergi Subuh Pulang Malam, Ternyata ini Duka Jadi Penonton Bayaran Hingga Mendapat Pelecehan Verbal
Hal yang tidak mengenakkan dari menyandang status penonton bayaran adalah banyaknya pihak yang belum bisa menerima kenyataan adanya profesi ini.
Penulis: Rizka Pratiwi Utami | Editor: Sudarwan
Sukanya jadi penonton bayaran tentu melihat artis ibukota saban harinya.
Maka jangan heran penonton bayaran amat hafal dengan acara televisi, kapan tayangnya dan tak asing dengan nama-nama artis.
Jika beruntung, penonton bayaran bisa direkrut menjadi asisten artis.

8. Mendapat pelecehan verbal
Jika kita melihat terkadang dalam salah satu acara televisi ada seorang penonton bayaran yang disuruh ke panggung untuk dijadiakn bahan olok-olokkan di muka televisi.
Entah disadari atau tidak oleh yang bersangkutan hal tersebut merupakan pelecehan secara verbal dan bisa dituntut ke meja hijau.
9. Dipandang sebelah mata
Hal yang tidak mengenakkan dari menyandang status penonton bayaran adalah banyaknya pihak yang belum bisa menerima kenyataan adanya profesi ini.
Tak sedikit orang yang memandang sebelah mata terhadap profesi ini.
Lebih-lebih, profesi ini sering dijadikan representasi dari label alay yang populer di kalangan anak muda.
Cibiran dan olokan mesti sehari-hari dihadapi.
Faktanya, realitas yang dialami penonton bayaran lebih pelik dari aktivitas kerjanya.
Sekilas seperti tanpa tantangan.
Sekedar butuh dandanan mencolok, muka tebal, plus keluwesan dan kedisiplinan dalam mengikuti koreografi, lalu pundi-pundi mengucur begitu saja.
Namun siapa yang tahu, banyak lika-liku bahkan suka duka yang penonton bayaran dapatkan.
Semangat buat kalian ya!
(SRIPOKU.COM/GRID.ID/SUMBER LAIN)
==