Ustadz Abdul Somad: Hukum Rayakan Tahun Baru dan Doa-Doa yang Dianjurkan

Ustad Abdul Somad: Hukum Rayakan Tahun Baru dan Doa-Doa yang Dianjurkan, perbanyak Dzikir dan ibadah.

Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Rizka Pratiwi Utami
SRIPOKU.COM/ZAINI
Ust. Abdul Somad, Lc.,MA.menyampaikan tausiyahnya di acara tabligh Akbar Maspuroh majelis asatidz umat Rasulullah SAW DI BKB Palembang,Rabu(28/11/2018 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Ustadz Abdul Somad atau yang biasa disapa oleh UAS menegaskan tidak ada larangan bagi umat muslim ikut merayakan tahun baru, meski kalender itu sebenarnya bukan kalender Islam. Sebab, dia sendiri juga mengikuti kalender itu dan tidak ada yang sala didalamnya.

Namun Hukum Merayakan Tahun Baru menjadi tidak boleh menurut UAS ketika mengikuti ritual-ritual yang bertentangan dengan hukum Islam. Hal inilah yang perlu disikapi, karena akan mendatangkan hal yang sia-sia dan membuang waktu.

"Ketika masuk ritual tiup terompet itu sudah masuk ritual, kemudian menyala-nyalakan lilin sudah ritual, apalagi membuang waktu," ujar UAS seperti dilansir dari Channel YouTube Tafaqquh Video, Sabtu (29/12/2018).

Dalam penjelasannya UAS pun kemudian memberikan beberapa masukan bagi Umat Islam yakni, lebih baik menghindar hal itu, dengan mengikuti tabligh akbar yang digelar di setiap kota dan kabupaten di Indonesia atau daerah masing-masing.

Dia pun mengimbau agar para ustadz dan ulama serta pemerintah setempat lebih baik menggelar tabligh akbar bertepatan dengan malam tahun baru.

"Oleh sebab itu tidak ada cara lain, kalau ada ustaz-ustaz membuat tabligh akbar pas malam tahun baru di masjid, datang ke masjid, iktikaf," jelas UAS.

Namun, jika di daerah masing-masing tidak ada tabligh akbar, UAS menyarankan umat Islam untuk tidur lebih cepat, karena hal itu akan lebih baik dan bermanfaat dibandingan ikut konvoi dan meniup terompet tahun baru."Tidak ada tabligh akbar pak ustaz? Habis Isya tidur cepat, katakan say no to bonceng, say no to drug," ujar UAS.

Sejarah Tahun Baru dan Asal Mulanya

UAS mengatakan, bagaimana asal muasal munculnya tahun Baru Masehi dan kemudian kalender dalam hitungan tahun Maeshi. Haramkah mengikuti perhitungan tahun tersebut atau kah dengan batasan tertentu? UAS mengakui dia pun mengikuti kalender itu, meski Islam memiliki kalander berdasarkan tahun Hijriah.

Menurut dia, awal mula terbentuknya kalender Masehi yang kini dipakai di seluruh dunia.

 
"Ada seorang kaisar dari Negeri Romawi, namana Julian membuat kalender, Januari, Februari, Maret, maka setiap bulan ada maknanya, kaisar Agustinus nah Agustus, ada patung kepalanya dua dibuat pertama namanya Januari kenapa dibuat di awal karena kepalanya dua, menghadap ke sana 2018 menghadap ke sana 2019," ujarnya.

Selanjutnya terjadi perubahan dalam hitungan kalender itu selanjutnya dan ditetapkan hingga kini karena resmi disahkan dan diakui oleh PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa).

"Lalu kemudian Kaisar Julian meninggal diambil oleh Paus di Vatikan, namanya Paus Gregorius dirubah nama kalender ini Gregorian Calender."

Selanjutnya, secar resmi PBB akhirnya mengambil kalender Vatikan yang sebelumnya dipakai di Kerajaan Goa, sementara itu, kalender Islam di Jawa pakainya kalender Hijriah Nabi Muhammad, selanjutnya untuk diseragamkan di seluruh dunia, Indonesia masuklah ke PBB lalu dikirimi kalender itu," kata UAS.

UAS juga menjelaskan haramkah hukumnya memakai kalender itu, jawabanya tidak dan boleh-boleh saja. "Abdul Somad pun memakai kalender itu, apakah boleh kita pakai alat non muslim? Boleh, termasuk memakai kalender,"

Halaman
12
Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved