Wawancara dengan Mantan General Manager PSIS Semarang, Blak-blakan Ungkap Modus Pengaturan Skor

Pengungkapan kasus pengaturan skor(match fixing) dalam sepak bola nasional menjadi satu dari beberapa topik panas yang mengemuka belakangan ini.

TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA
Bek PSIS Safrudin Tahar (kiri) merayakan golnya ke gawang PPSM dalam laga Liga 2 di Stadion Jatidiri, Semarang, Kamis (18/5/2017) malam. 

Lalu memberikan beberapa kali pelatihan psikologi di klub. Beberapa pelatih senior tahu kebutuhan pemain tidak hanya fisik dan teknik tapi juga mental.

Salah satu yang sadar misalnya Pak Sartono Anwar.

Lalu kami dengan Pak Sartono Anwar bikin kurikulum untuk Sekolah Sepakbola (SSB).

===

Mengapa kurikulum SSB, tidak lainnya?

Karena seharusnya sepak bola kita dibangun dari sana.

Ya fisik, ya teknik, ya mental juga, begitu ya.

Kurikulum itu seharusnya dikembangkan oleh PSSI, lalu semua pelatih SSB seharusnya punya bekal itu.

Nah, kalau mau membangun sepak bola harusnya dari dasar.

Mulai dari fair play di lapangan, menghargai wasit, semua nilai-nilai sportivitas seharusnya dibangun sejak kecil di SSB itu.

Saya contohkan, ya, di kurikulum SSB itu pada aspek mental saya berikan materi game dibagi dua kelompok.

Lalu pelatih menjadi wasit.

Kemudian dengan sengaja pelatih membuat kesalahan keputusan.

Bagaimanakah reaksi anak-anak?

Kalau dia protes keras maka game segera dihentikan dan diberitahu.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved