Mengenang Letusan Krakatau 1883, Tewaskan 36 Ribu Jiwa, Daya Ledak 30 Ribu Kali dari Bom Atom!

Benarkah karena erupsi anak Krakatau, setelah sempat simpang siur, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akhirnya menjelaskan dan membe

Penulis: candra okta della | Editor: Rizka Pratiwi Utami
(Twitter @Sutopo_PN)
Anak Gunung Krakatau meletus sebayak 49 kali sepanjang Jumpat (3/8/2018) pagi. 

Mengenang Letusan Krakatau 1883, Tewaskan 36 Ribu Jiwa, Daya Ledak 30 Ribu Kali dari Bom Atom!

SRIPOKU.COM - Sejarah kelam 1883 di Tanah Air kini kembali diingatkan dengan tsunami Anyer dan Lampung Selatan, Sabtu (22/12/2018) pukul 21.30 WIB.

Benarkah karena erupsi anak Krakatau, setelah sempat simpang siur, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akhirnya menjelaskan dan membenarkan bila musibah yang terjadi di Pantai Anyer Banten dan Lampung adalah tsunami.

Sebelumnya diberitakan bila musibah tersebut adalah gelombang tinggi, bukanlah tsunami.

Namun, BMKG sudah menyatakan bahwa gelombang tinggi yang menerjang wilayah Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) malam adalah tsunami kecil.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan dalam konferensi pers pada Minggu (23/12/2018) dini hari bahwa berdasarkan ciri gelombangnya, tsunami yang terjadi kali ini mirip dengan yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah.

"Periodenya (periode gelombang) pendek-pendek," katanya.

BREAKING NEWS - Tak Cuma Band Seventeen, 2 Pelawak Ini Juga Jadi Korban Tsunami, Begini Kondisinya

Blak-blakan Bukan Karena Ashanty, Rupanya Ini Penyebab Kuat Hancurnya Hubungan Anang & Syahrini

Video Gol Hasil Pertandingan Arsenal vs Burnley, The Gunners Kembali ke Jalur Kemenangan

Dikutip dari WartakotaLive.com, ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko, BMKG juga menduga bahwa tsunami dengan ketinggian tertinggi 0,9 meter ini disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau.

Anak Gunung Krakatau meletus sebayak 49 kali sepanjang Jumpat (3/8/2018) pagi.
Anak Gunung Krakatau meletus sebayak 49 kali sepanjang Jumpat (3/8/2018) pagi. ((Twitter @Sutopo_PN))

Bahkan gunung Anak Krakatau pada Sabtu bererupsi hingga 4 kali, terakhir pada pukul 21.03 WIB.

Erupsi gunung api itu diduga menyebabkan guguran material yang jatuh ke lautan dan akhirnya mengakibatkan gelombang tinggi.

Menurut BMKG, gelombang yang menerjang bisa jadi lebih tinggi dari yang terdata sebab ada beberapa wilayah di sekitar Selat Sunda yang punya morfologi teluk seperti di Palu.

Lebih lanjut untuk mengetahui detail musibah tersebut, Dwikorita mengatakan akan melakukan survei lapangan.

"Besok pagi kami akan upayakan untuk mengumpulkan data lagi apakah benar itu longsor," ungkapnya.

Ledakan Gunung Anak Krakatau, Keluarkan Material Setinggi 1.500 meter

Sejak 29 Juni 2018 lalu, Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengatakan, Anak Krakatau memang telah bereupsi.

Dan dari rentetan erupsi tersebut, terjadilah erupsi terbesar pada Sabtu kemarin.

Sangking besarnya erupsi tersebut, gunung api diketahui melontarkan material hingga ketinggian 1.500 meter.

Tipe letusannya sendiri strombolian.

Rudy mengatakan, memang ada kemungkinan material erupsi Anak Krakatau runtuh ke lautan dan menyebabkan gelombang.

Namun dia mengatakan, "Kemungkinannya kecil. Sehingga kita masih harus membuktikan apakah memang ada longsoran."

Tsunami di Banten & Lampung, Ini Penjelasan BMKG, Erupsi Gunung hingga Setinggi 1.500 meter!

Libur Telah Tiba Berikut Jadwal & Harga Tiket Kapal Palembang-Bangka Lengkap Minggu 23 Desember 2018

Tsunami di Banten & Lampung, Ini Penjelasan BMKG, Erupsi Gunung hingga Setinggi 1.500 meter!

Sejarah Kelam 1883

Posisi Tsunami Anyer dan Lampung Selatan diduga akibat erupsi anak Krakatau
Posisi Tsunami Anyer dan Lampung Selatan diduga akibat erupsi anak Krakatau (Wikipedia)

Dilansir dari Wikipedia, Krakatau (bahasa Inggris: Krakatoa) adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra yang termasuk dalam kawasan cagar alam.

Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883.

Letusan itu sangat dahsyat awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa.

Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia.

Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer.

Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

BREAKING NEWS - Tak Cuma Band Seventeen, 2 Pelawak Ini Juga Jadi Korban Tsunami, Begini Kondisinya

Tsunami Anyer - Ini Daftar 5 Tsunami yang Pernah Melanda Indonesia, Kisah Delisa Paling Menyedihkan

Detik-detik Tsunami Terjang Anyer dan Lampung, Kondisi di Pelabuhan Bakauheni hingga Update Korban

Pisahkan Sumatera dan Jawa

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global.

Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit.

Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Hasil gambar untuk sejarah gunung krakatau

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut.

Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Gunung Krakatau yang meletus, getarannya terasa sampai Eropa.

Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.

Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam.

Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883.

Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda.

Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.

BNPB Benarkan Tsunami di Pantai Anyer, 20 Orang Tewas dan 165 Luka-Luka

Manggung di Tanjung Lesung Banten Band Seventeen Jadi Korban Tsunami, Personil Dikabarkan Hilang

Update Terbaru Korban Tsunami Pantai Anyer & Lampung Selatan, 2 Artis Meninggal Dunia Ada 36 Korban

Erupsi 1883

Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, terjadi ledakan pada gunung tersebut.

Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern.

Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Hasil gambar untuk sejarah gunung krakatau

Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km.

Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata di mana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter.

Tsunami (gelombang laut) naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak di Kota Cilegon hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan.

Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.

Hasil gambar untuk sejarah gunung krakatau

Tsunami Pantai Anyer - 4 Artis Hilang 2 Personil Band Seventeen Meninggal Dunia, Total 36 Meninggal

Tsunami Anyer, Begini Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Palembang Awas Hujan Petir

29 Korban Tewas Akibat Tsunami Pantai Anyer Dievakuasi

Anak Krakatau

Anak Krakatau, dua tahun sejak awal terbentuknya. Foto diambil 12 atau 13 Mei 1929, koleksi Tropenmuseum.

Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya.

Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki).

Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 190 meter (7.500 inci atau 500 kaki) lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya.

Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu.

Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.

Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali.

Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.

Anak Krakatau, Februari 2008

Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini.

Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M.

Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.

Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung Krakatau" juga, meskipun sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan sebelumnya.

(SRIPOKU.COM/CANDRA)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved