Teater Arwah MAN 2 Palembang Buktikan Tema Persaudaraan
Teater Arwah, divisi teater yang berada dinaungan ekstrakurikuler Seni MAN 2 Palembang, menginterpretasikan kebersamaan yang ada di dalam organisasi
Penulis: RM. Resha A.U | Editor: Welly Hadinata
Laporan wartawan Sripoku.com, Resha
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Teater Arwah, divisi teater yang berada dinaungan ekstrakurikuler Seni MAN 2 Palembang, menginterpretasikan kebersamaan yang ada di dalam organisasi ke dalam karyanya pada saat pentas.
Hal itu terlihat di produk mereka, yang kebanyakan berupa drama musikal fiksi berbau ukhuwah persaudaraan.
“Memang karya kita sesuai dengan lomba, tapi kebanyakan sekarang tentang cerita ukhuwah persaudaraan,” ujar Ketua Umum Seni MAN 2 Palembang, Firli.
Ia mengatakan, persaudaraan antar sesama bukanlah hal yang aneh dan tak sulit menuangkannya dalam naskah cerita. Pasalnya, mereka telah dididik untuk mengedepankan solidaritas antar anggotanya.
“Terlihat saat kami lomba, kami saling bantu membantu anggota kami. Kita berprinsip, selalu bersama-sama dari awal sampai akhir,” tegasnya.
Apalagi, ditambah dengan bumbu Islami yang membuat alur cerita tak datar saja tentang persaudaraan. Hal ini tentunya menjadi penguat karya mereka, agar penonton tertarik dan mereka bisa menyisipkan pesan-pesan moral di dalam karyanya.
“Pesan-pesan yang disampaikan di karya kami, yang pasti tentang meningkatkan rasa persaudaraan. Bisa juga terkait di hubungan sesama manusia,” terangnya.
Buktinya, mereka bisa menggaet juara ke-3 lomba Teater yang diadakan di SMAN 19 Palembang November lalu. Hal ini setidaknya menjadi bukti, jika tema persaudaraan juga bisa populer dan tak melulu berbicara tentang percintaan.
“Apalagi sekolah kami kan Madrasah, tentu harus Islami,” ungkapnya.
Selain drama musikal, organisasi yang berisikan kurang lebih 100 anggota ini juga sering melakukan pentas Pantomim. Dimana, aliran drama yang pernah populer oleh Charlie Caplin ini lebih menantang karena menggunakan gesture tubuh tanpa adanya dialog.
“Pantomim juga seru, dimana kita berimajinasi tapi tidak perlu berkata, tapi menyusuri jejak yang ada,” jelasnya.