Gempa dan Tsunami Palu, Kisah Syaiful Yang Membolak Balikkan 200 Mayat Mencari Ibunya, Akhirnya Ia
Dia tak kenal lelah membalikkan semua mayat yang membujur di sepanjang pantai. Siapa tahu di antaranya ada wajah teduh ibunya.
Kegiatan ini dikemas menarik karena dijadikan agenda pariwisata.
Salah satu daya tariknya adalah pelaksanaan ritual tradisi masyarakat Kaili. Kekayaan budaya inilah yang dikenalkan kepada masyarakat.
Namun, kemeriahan ini tidak pernah terjadi, gempa dahsyat 7,4 M telah menghentikan semuanya.
Bahkan setelah itu datang gelombang tsunami yang besar, menghantam panggung utama dan sepanjang pesisir Palu dan Donggala.
"Ibu saya suka keramaian, waktu itu saya yakin beliau melihat acara di Talise," kata Syaiful.

Kerinduan yang besar dari mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako ini membawanya terus mencari-cari ibunya.
"Dalam keremangan malam, saya memperkirakan ada 200 lebih mayat berserakan di pantai," ungkap Syaiful.
Korban yang selamat atau orang yang baru datang di pantai untuk mencari kerabatnya kemudian menolong korban yang selamat.
Syaiful dan warga lainnya pun langsung membantu orang yang terluka.
Mereka dibawa ke lokasi yang lebih aman. "Tidak lagi pilih-pilih menolong orang, semua sama," ujar Syaiful.
Namun, tidak sedikit orang yang ketakutan. Mereka yang ketakutan ini diarahkan menuju ke Pekuburan Islam.
Menurut dia, gelombang tsunami datang dua kali.
Gelombang yang pertama belum memberikan efek yang besar.
Pada saat datang gelombang kedua inilah yang membuat semua runtuh dan musnah.
Syaiful juga mendapat informasi kuatnya tsunami dari kemenakannya yang bekerja di Kafe Telaga Biru yang saat ini masih mendapat perawatan.