Kisah Memilukan Pembebasan Irian Barat, Paskhas & Kopassus Nyaris Dibantai Karena Penghianat

Kenangan pahitnya bersama Sarjono adalah, ketika temannya ini memutuskan merebus sepatu karena sangat kelaparan.

Editor: Candra Okta Della
IST
Prajurit baret merah Kopassus 

Tanpa disadarinya, karena terus bergoyang, payungnya mulai merosot dari pohon.

Sampai akhirnya lepas dan Sahudi pun terpental ke pohon sebelum terhempas di tanah dengan punggung jatuh lebih dulu.

Ia merasakan sakit tak terperikan di punggung, membuatnya nyaris tidak bisa bergerak.

Baru kemudian ia sadari bahwa tulang punggungnya patah!

Tak jauh dari tempatnya jatuh, ia melihat rekannya KU I J. Dompas yang terluka dan Pratu Margono dari RPKAD mengalami patah kaki.

Mereka bermalam di situ selama beberapa hari, dan mendapat bantuan dari penduduk setempat.

Siang itu Belanda mulai mencium kehadiran pasukan gabungan.

Gara-garanya setelah pesawat Belanda yang melintas, pilotnya melihat parasut bertaburan di puncak-puncak pohon.

Karena itu Belanda pun mengirim sejumlah polisi yang umumnya direkrut dari putra asli Irian untuk mengecek kebenarannya.

Untunglah ada penduduk berbaik hati mengabarkan bahwa ada polisi datang.

“Tuan besar datang, tuan besar datang,” kata mereka. Malam itu juga Sahudi dan kedua rekannya meninggalkan kampung kecil itu. Karena sedang sakit, Margono hanya bisa merangkak, sementara Sahudi tertatih-tatih.

Seperti yang lainnya, Godipun juga tersangkut di sebuah dahan.

Malang baginya karena ransel peluru dan granatnya lolos ke bawah.

Menggunakan tali, Godipun mencoba turun ke bawah.

Namun dahan tempatnya bergantung tiba-tiba patah, sehingga ia jatuh di pinggir kali berlumpur.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved