Cerita Pedih Agus Prajurit Kopassus Ikhlas Kaki Membusuk di Hutan Demi Misi Tapi Akhirnya Dipecat
Kolonel Agus Hernoto adalah pejuang tak kenal takut di lingkungan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau Komando Pasukan Khusus.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
Sayangnya, setelah ia bebas dan kembali ke Jakarta.
Karena cacat, Agus Hernoto oleh pimpinan RPKAD dikeluarkan.
Rekan yang juga atasannya, Benny Moerdani berusaha membelanya.
Akibatnya, mereka berdua sama-sama dikeluarkan.
Baca: Asli Indonesia! Inilah Nenek Paling Cantik di Dunia Dikutuk Tak Bisa Tua bak ABG 19 Tahun
Baca: Jadi Manusia 570 Trilliun, Beginilah Penampakan Rumah Mewah Jack Ma, Bos Alibaba Group

Nasib baik, Agus sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden RI Soekarno (Paspampres), dan Benny ke Komando Cadangan Strategis Angkatan darat (Kostrad) di bawah Mayjen TNI Soeharto.
Di kemudian hari keduanya bergabung dengan tim Operasi Khusus pimpinan Ali Moertopo.
Setiap kali ada operasi intelijen, dipastikan Agus terlibat dan berperan aktif di dalamnya.
Dia misalnya pernah terlibat dalam operasi Komodo yang merupakan persiapan menuju serangan Seroja di Timor-Timur.
Agus ditunjuk langsung oleh Kepala BAKIN kala itu Letnan Jenderal TNI Yoga Soegama untuk mencari informasi mengenai keberadaan pos-pos musuh dan menentukan "dropping zone" yang aman.
Salah satu informasi menarik yang terungkap dalam buku Legenda Pasukan Komando adalah medali "Bintang Sakti" yang kemudian diterima Agus pada 1987.
Penghargaan itu terkait dengan keberaniannya menanggung derita saat dipaksa membocorkan informasi di Papua pada 1962.
Saat itu yang menerima medali paling bergengsi dari Presiden Soekarno cuma Benny dan Untung.
Bintang Sakti diberikan kepada Agus setelah mendapat kesaksian akan keberanian Agus dari perwira Belanda yang pernah menawannya.
Baca: Inilah Negara-negara Pemecah Rekor Perolehan Medali Hingga Closing Asian Games 2018
Baca: 6 Zodiak yang Siap Mendukung dan Menolong Teman-temannya Kapan Saja Dibutuhkan
Kesaksian disampaikan kepada Benny Moerdani yang saat itu menjabat Panglima ABRI dan berkunjung ke Belanda.