Resmi Tayang, Inilah Review Film Wiro sableng . Wajib Tonton!
Setelah promosi abis-abisan di berbagai lini, akhirnya film Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 tayang juga
Selain itu juga ada beberapa elemen komedi yang mengambil inspirasi dari jokes masa kini. Sesuatu yang kayak nggak cocok mungkin digunakan di abad 16, tapi malah lucu banget jatohnya.
Elemen aksinya sih yang juara. Dengan mendapuk Yayan Ruhiyan dan Cecep Arif Rahman sebagai action coreographer, nggak heran deh ya dengan kualitas gerakan pertarungannya yang menurut HAI sih keren banget.
Sepanjang adegan pukul-pukulan itu, ciri khas pencak silat yang indah keliatan banget. Setiap karakter punya ciri khas gerakan pertarungan masing-masing. Yayan sama Cecep bener-bener bikin adegan aksi di Wiro Sableng punya pesonanya sendiri.
Apalagi dengan elemen komedi yang sesekali diselipin di dalam adegan pertarungan, asik banget! Kerja keras pemainnya yang berlatih selama kurang lebih 6 bulan buat adegan aksi fix banget kebayar lunas.

Sinematografi yang Oke Banget
Buat urusan teknis sendiri, film ini juara deh. Mulai dari sinematografi, sound, desain produksi, sampe efek cgi, semuanya memuaskan. Sinematografinya sendiri menurut HAI sih keren, bisa membuat latar fantasi abad ke-16 Indonesia kelihatan asli dan nggak berlebihan. Penonton kayak dibawa untuk masuk ke dalam universe sendiri, universe Wiro Sableng.
Desain produksi yang dipegang sama Adrianto Sinaga jelas banget udah bekerja super keras buat mewujudkan itu. Mulai dari latar yang keren parah. Sampai make up dan wardrobe karakter yang luar biasa keren.
Kostum para pemainnya itu, ngingetin HAI sama seri Kera Sakti dan film-film kungfu Cina. Tapi nggak melepaskan ciri khas nusantara. Otentik banget. Kostumnya keren dan detil, kita bisa liat seberapa teliti tim desain.
Misalnya, pola jahitan di baju Wiro Sableng yang nggak rapi dan terasa banget hand made. Atau mewahnya kostum keluarga kerajaan dan Bidadari Angin Timur. FYI, kostum Bidadari Angin Timur itu beratnya 10 kg loh, dan dibuat sama desainer Indonesia yang udah go international, Tex Saverio. Keren parah!
Tata rias para karakternya juga nggak kalah asik. Transformasi tiap aktor dan aktris untuk menjelma jadi karakter yang mereka peranin bener-bener keren, sob. HAI bahkan sempet nggak ngenalin beberapa aktor berperan jadi siapa.
Misalnya, Ruth Marini yang jadi Sinto Gendeng. Atau Andy /rif yang jadi Dewa Tuak, dan Yayu Unru yang jadi Kakek Segala Tahu. Semua aktor tersebut bener-bener transformasi habis-habisan sampai susah dikenalin. Itu sih keren banget.
Selain itu tata kameranya juga mantap. HAI ngerasa kalau gaya penyutradaraan Angga, terutama di bagian-bagian pertarungannya kayak mirip gitu sama karyanya Zack Snyder. Kadang zoom in dan zoom out adegan aksi, dengan pergerakan kamera yang mulus abis.
Tapi sayangnya, sound dari film ini nggak terlalu asik sob. Terlalu keras sampai kadang bikin dialog karakter nggak kedengeran. Sering banget HAI harus baca subtitle bahasa Inggris-nya untuk tahu apa yang diomongin. Sayang banget, padahal sound dan musiknya kerasa megah banget buat sebuah film laga.
Dan terakhir, dari sisi efeknya menurut HAI sih, Wiro Sableng udah jadi pionir dalam genre laga Indonesia. Pasalnya dari sisi efek, Wiro Sablengberhasil ngebuktiin kalau film laga Indonesia juga bisa kok jadi keren.
Di trailer pertamanya dulu, kita mungkin dibikin kesel karena ngeliat efek computer generated imagery (cgi) yang ditampilkan terkesan kasar dan jelek banget. Kemudian efek tersebut keliatan ada perubahan lebih baik di trailer keduanya.