Berita OKI

SMA YPBI 4 Kayuagung OKI Terancam Tutup, Ini Penyebabnya

Minim Pendaftar, SMA Yayasan Pendidikan Bhakti Ibu (YPBI) 4 Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), terancam tutup.

Penulis: Mat Bodok | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM/MAT BODOK
Kondisi bangunan SMA YPBI 4 Kayuagung OKI, Jumat (10/8/2018) 

Laporan wartawan sripoku.com, Mat Bodok

SRIPOKU.COM, KAYUAGUNG - Minim Pendaftar, Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pendidikan Bhakti Ibu (YPBI) 4 Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), terancam tutup.

Pantauan di lapangan, ruang kelas di SMA tersebut berjumlah 15 lokal dan masih tampak bagus dan masih layak huni.

Namun, karena tidak terawat kondisi sekolah tersebut tampak usang, apalagi rumput dan pohon di halaman sekolah sudah tampak menguning karena musim kemarau.

Kekosongan siswa inilah yang membuat sekolah tersebut terancam tutup.

Sedangkan tenaga pengajar tidak ada masalah dan selalu ada dan menunggu kehadiran siswa masuk. Bukannya siswa menunggu guru, kini guru mengajar menunggu anak didik masuk ke ruang kelas.

Untuk tenaga guru sehari-hari ada 10 guru dan satu diantaranya Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan siswa hanya ada 4 orang.

Kepala SMA YPBI 4 Kayuagung, Drs Bakri mengatakan, sejak 2014 jumlah siswa terus berkurang.

"Kalau tahun 2017 ada 11 orang dan sekarang tinggal empat orang,” kata Bakri, Jumat (10/8/2018) seraya berharap dengan dipublikasikan ini, agar jangan sampai ada anak didik yang putus sekolah dan pihak yayasan siap menampung para pelajar yang benar mau belajar.

Ditambahkannya, empat siswa kelas XII satu asal Ulak Jermun, satu siswa asal Arisan Buntal dan dua siswa asal Kayuagung.

Sedikitnya siswa membuat proses belajar mengajar terganggu karena setiap hari guru yang menunggu siswa. "Saat ini tersisa 10 guru satu orang diantaranya berstatus pegawai negeri," tutur Bakri.

Dijelaskan Bakri, ada beberapa faktor yang menyebabkan sekolah tersebut kalah bersaing dengan sekolah negeri lainnya.

Karena banyak sekolah negeri apalagi saat ini sudah ada SMK Negeri di setiap kecamatan, sehingga banyak siswa yang memilih sekolah di tempat lain padahal belajar itu sama saja asalkan keseriusan siswanya untuk menuntut ilmu.

“Kalau fasilitas cukup, seperti ruang komputer, drumband, lapangan basket, volley dan lainnya. Kondisi ini sudah diketahui pihak yayasan dan Diknas Sumsel, mungkin tahun depan tidak akan lagi beroperasi dan dikembalikan kepada yayasan apakah nanti akan dimanfaatkan untuk kegiatan lain atau tidak," imbuhnya.

"Menyusutnya murid sekolah ini terjadi sejak tahun 2014. Ada yang keluar tanpa pamit kesekolah, ada juga yang memang pindah," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved