Jleb, Felix Siauw Jelaskan Bagaimana Sosial Media Jadi Ladang Dosa, Tempat Riya Hingga Takabur
Felix menuliskan bagaimana seharus media sosial digunakan, Bukan sebagai tempat untuk pamer, riya hingga berujung menjadi ladang dosa.
Penulis: Rizka Pratiwi Utami | Editor: Rizka Pratiwi Utami
Generasi Tanpa Rasa Malu
Kita semua punya nafsu untuk dilihat, tapi dalam beberapa hal, anak-anak masa kini lebih merasa perlu untuk dilihat.
Demi yang namanya eksistensi, semua harus dilakukan
Tidak lagi ada norma, etika, apalagi rasa malu.
Hilang sudah semua, demi likes, followers, subscribers, shares, reach dan rating, mereka sanggup berbuat apapun.
Yang dipikirkan hanya sekarang dan instan, bagaimana jadi terkenal dan populer, sebab setelah populer, berdatangan hal lain yang diimpikan berupa dunia dan isinya.
Tapi apa yang dikorbankan itu justru yang menjadikanmu manusia.
Tahu diri, rasa malu, etika, kepantasan, kelayakan, tata krama, berbudaya, terdidik, apapun namanya.
Lihat program-program aplikasi masa kini, merangsang anak-anak muda lelaki dan wanita, beradu goyang paling janggal, berkompetisi mimik muka paling aneh.
Generasi yang lebih mementingkan eksistensi daripada isi, mati-matian latihan 99 transisi yang lagi trending dibandingkan menyiapkan bekal hidup dan mati.

Di awal 2015, waktu itu ketika trending selfie yang berlebihan, saya sudah mengingatkan tentang hal ini, ujub-riya-takabur, namun disalahartikan banwa saya mengharamkan selfie
Dulu gambar tak bergerak, sekarang gambar bergerak, isinya sama, pamer eksistensi, narsisisme.
Bukan aplikasinya yang salah, niat kita yang harus diperhatikan
Menulis ini pun bisa karena eksistensi, menulis ini pun bisa karena ujub-riya-takabur, karenanya tulisan ini bukan untuk menyerang, tapi untuk introspeksi.
Tapi yang pasti, perempuan yang sekarang kecanduan tik-tok, musically atau aplikasi semisalnya, sebenarnya sedang menggerus kemuliaan dan kehormatan dirinya sendiri.
