Pria ini Sudah 21 Tahun Mencari Anaknya yang Hilang sampai Sekarang, Ceritanya Bikin Nangis
Bukan artis, bukan pejabat, Guo adalah seorang ayah yang selama ini sudah mencari anaknya selama 2 dekade lamanya.
Penulis: Ahmad Sadam Husen | Editor: Ahmad Sadam Husen
Akan tetapi, ada sebuah tas yang selalu dibawanya dan isinya adalah poster wajah sang anak yang sudah hilang serta informasi mengenai bagaimana sang putra hilang.
Tak jarang dalam perjalanannya, Guo sampai harus kelaparan atau berlindung dari derasnya hujan dibawah jembatan atau di dalam kuil yang ia singgahi.
Karena sudah memiliki hutang lebih dari 200.000 yuan (Setara Rp. 435 juta), Guo bahkan sering melakukan pekerjaan selingan sekedar untuk mengumpulkan uang agar bisa pulang ke rumah.
Ya, pekerjaan sampingannya itu justru dilakukannya ketika sedang dalam perjalanan mencari sang putra, jauh dari rumah.
Selama lebih dari 21 tahun, Guo ternyata sudah pergi ke 29 provinsi, kotamadya, dan daerah berbeda di China, semata mencari sang anak yang sangat ia sayangi.
Bahkan perjalanan yang ia lakukan sudah menyentuh jarak lebih dari 400.000 kilometer dan tercatat di odometer dari sepeda motornya, jarak ini bahkan lebih jauh dari jarak dari Bumi ke Bulan !
Tidak hanya itu, ternyata sudah 10 sepeda motor dipakai Guo dalam pencariannya tersebut.

===
"Saat aku berada di jalan menaiki sepeda motor dan mencari anakku, saat itulah aku merasa jika diriku adalah seorang ayah."
"Aku tak akan berhenti karena aku tak mau mengecewakan putraku," ujar Guo saat diwawancari wartawan pada 2015 lalu.
Meski sudah berjuang sekuat tenaga dan sudah berkorban banyak, Guo masih belum bisa menemukan dimana sang anak berada, walaupun dalam perjalanannya ia pernah bertemu dengan 7 orang anak yang terpisah dari keluarganya.
Ya, Guo justru melewati perjalanannya sambari mengantar anak-anak yang hilang dan terpisah dari keluarganya.
"Alasanku melakukan ini sederhana: aku merasa bersalah sudah tak mengawasi anakku," ujar Guo.
"Saat aku bertemu dengan anak orang lain yang sudah hilang, kebahagiaan mereka saat dipertemukan itu rasanya seperti sebuah keajaiban."
"Tapi aku juga berpikir, kenapa keajaiban itu tak datang kepadaku ?"
