Bom Bunuh Diri di Surabaya

Bom Bunuh Diri - Fakta Jaringan Ansharut Daulah (JAD), Sistem Kerja hingga Cara Berkomunikasi 

Dita adalah Ketua JAD (Jaringan Ansarut Daulah) Surabaya. Jaringan ini kaitannya dengan JAT (Jaringan Ansarut Tauhid) terkait dengan ISIS

Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
kolasesripoku.com

Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidak percayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat atau kelompok tertentu untuk mentaati kehendak pelaku teror.

Terorisme tidak ditujukan langsung kepada lawan, akan tetapi perbuatan teror justru dilakukan di mana saja dan terhadap siapa saja.

Dan yang lebih utama, maksud yang ingin disampaikan oleh pelaku teror adalah agar perbuatan teror tersebut mendapat perhatian yang khusus atau dapat dikatakan lebih sebagai psy-war.

Cara Pelaku Teror Berkomunikasi

Dilansir Sripoku.com dari Antara pengamat terorisme Mujahidin Nur memperkirakan bahwa para pelaku teror menggunakan jalur komunikasi yang sulit dideteksi langsung oleh aparat.

1. Media sosial atau Telegram

"Kemungkinannya antara media sosial atau Telegram karena pada dasarnya masih banyak alat komunikasi kelompok teroris yang sulit dideteksi oleh aparat. Saya kira dua alat itu yang dipakai oleh mereka," kata Mujahidin yang juga Direktur The Islah Center di Jakarta, Minggu.

Selama ini, kata dia, pola komunikasi dengan menggunakan alat-alat serupa itu banyak digunakan oleh anggota ISIS.

Menurut dia, pengamatan terhadap pola komunikasi pelaku teror menjadi hal yang krusial untuk diperhatikan sekarang ini sebagai salah satu upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya aksi terorisme.

Menurut Mujahidin Nu, tanzhim atau organisasi teroris itu tertumpu pada jaringan, ideologi, dan orang sehingga untuk memahami praktik terorisme maka harus dipahami pula pola komunikasi yang mereka lakukan.

Bom bunuh diri di Surabaya
Bom bunuh diri di Surabaya (kolasesripoku.com)

2.Personal meeting atau perantara kurir

"Sistem mereka adalah sistem sel yang terputus, komunikasi antara satu sel dan sel lainnya itu lazimnya dilakukan oleh pemimpin sel. Hal itu dilakukan melalui komunikasi langsung dengan melakukan PM (personal meeting), biasanya pertemuan dilakukan di tempat-tempat yang sudah mereka pelajari dan kuasai dengan baik," katanya.

Pola komunikasi yang dianggap paling aman oleh jaringan itu, yakni dengan memanfaatkan PM atau menggunakan perantara kurir apabila jaraknya relatif cukup jauh, misalnya antarprovinsi atau antarnegara.

Pola ini kata dia, adalah pola paling aman dan kuno tetapi masih digunakan sampai saat ini untuk menghindari dikuntit  dan disadap seperti apabila menggunakan media berteknologi modern.

Baca:

Ketika Krisdayanti Hadir di Wisuda Azriel, Ini Perjuangan Ashanty, Tapi Balasan Anaknya Bikin Sedih

Sule Peluk Rizky yang Menangis Saat Nyanyikan Kesempurnaan Cinta di Ultah Adiknya

3.Sandi

Sistem komunikasi yang juga banyak digunakan oleh kelompok penebar aksi teror adalah memakai sandi.

"Akan tetapi, banyak kesempatan bahasa sandi ini mudah dibongkar dan diketahui oleh aparat, apalagi jika sandi dikirim melalui ponsel atau messenger," katanya.

Dalam beberapa waktu terakhir, kata dia, bahasa sandi banyak digunakan kembali dengan modifikasi, misalnya dengan cara meninggalkan pesan atau bahasa pada website, blog, Facebook, Twitter, dan media sosial yang lain.

"Seakan bahasa itu untuk sendiri, padahal itu adalah perintah atau pesan untuk operator lapangan," katanya.

4. Bahasa terenskripsi

Selain itu, pola komunikasi yang juga mungkin digunakan, yakni dengan menggunakan bahasa terenkripsi.

Ia mengatakan bahwa jaringan teroris yang sudah berafiliasi dengan Al-Qaeda atau ISIS khususnya sudah memakai alat ini sehingga untuk memecahkan pesannya harus memiliki kemampuan untuk memecahkan pesan terenkripsi tersebut.

Mujahidin mencontohkan dalam kasus terorisme Paris beberapa waktu lalu, pihak ISIS menggunakan konsol game PlayStation 4 (PS4) untuk berkomunikasi, merencanakan serangan, dan merekrut anggota. 

"Artinya, alat komunikasi rahasia di antara mereka itu sangat dinamis dan canggih," katanya.

Masyarakat sendiri, kata Mujahidin, bisa berperan pada level mempersempit gerakan teroris.

"Yang menjadi masalah kesadaran masyaraat kita masih rendah untuk ini. Mereka juga belum terbiasa untuk membedakan mana ideologi teroris dan mana doktrin agama. Di sinilah peran para ulama dan tokoh agama untuk memberikan pemahaman yang baik terkait dengan keagamaan diperkuat," katanya.

(Sripoku.com/Candra)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved