Gunung Merapi Meletus
Video Detik detik Gunung Merapi Meletus, Pakar Geologi Ungkap Fakta Ruang Raksasa yang Mengancam!
Sebuah video yang beredar memperlihatkan, asap membumbung tinggi vertikal terlihat jelas keluar dari gunung merapi.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
SRIPOKU.COM - Pagi ini sebuah foto diunggah akun gosip Lambe Turah kembali membuat geger.
Gunung Merapi di Jogjakarta, mengeluarkan letsusan freatik dengan radius 3 kilometer.
Hal itu dibenarkan oleh Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD Kabupaten Magelang.
Sebuah video yang beredar memperlihatkan, asap membumbung tinggi vertikal terlihat jelas keluar dari gunung merapi.
Detik-detik letusan gunung ternyata dirasakan warga seperti dikutip Sripoku.com dari Tribun Jogja.
Warga sedikit panik dengan kejadian tersebut.
Apalagi ini bukan pertama kalinya asap tebal keluar dari gunung merapi.
Dijelaskan di akun Twitter @infomitigasi, letusan freatik merupakan sesuatu yang wajar pada sebuah gunung berapi.
Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir.
"KONDISI #MERAPI AMAN DAN NORMAL, letupan yang baru saja terjadi merupakan letupan freatik. kondisi tersebut adalah normal pada sebuah gunung berapi. pantauan seismogram aman normal. masyarakat diharap tetap tenang dan beraktifitas seperti biasa," kicau @infomitigasi.
Beberapa menit sebelumnya, BPPTKG juga masih mencatat aktivitas yang normal di Merapi.
"Visual kawah #merapi pagi ini teramati asap putih tebal tekanan lemah. Status aktivitas Normal," tulis BPPTKG.
Gunung Merapi dan Mengapa Selalu Mengancam?
Dilansir Sripoku.com dari Wikipedia Gunung Merapi merupakan gunung di pulau Jawa dengan ketinggian 2.930 m (9.610 ft, per 2010).
Gunung merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia.
Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolalidi sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.
Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang sangat padat.
Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.

Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya.
Di lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak.
Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini.
Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran.
Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa.
Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua
Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan seterusnya.
Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap.
Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi.
Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik.
Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas.
Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif.
Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang secara "signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi".
Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma.[5] Kantung magma ini merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia[6].
Puncak Merapi pada tahun 1930.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat pada tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930.
Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.
Ahli geologi Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur.
Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4.
Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang.
Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia.
Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.
Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas.
Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar sejak letusan 1872 dan memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010)
Meskipun telah diberlakukan pengamatan yang intensif dan persiapan manajemen pengungsian.
Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20–30 km.
(Sripoku.com/Candra)