Inilah 2 Kebiasaan Yang Paling Banyak Dilakukan Orang Sebelum Memasuki Bulan Ramadhan

Entah tradisi ini kapan dan siapa yang memulainya, yang pasti tradisi ziara kubur ini sudah berlangsung sejak dahulu hingga sekarang ini.

Penulis: ewis herwis | Editor: ewis herwis

SRIPOKU.COM-- Tak terasa sebentar lagi kita sudah berada di penghujung bulan Syakban dan akan memasuki bulan suci Ramadan.

Detik-detik menuju bulan Suci Ramadan ini, umat islam dianjurkan untuk lebih memperbanyak amal-amal kebaikan dan lebih memperbanyak amal-amal sunnah.

Diantara amal-amal sunnah yang biasa dilakukan oleh umat muslim adalah berpuasa di bulan Syakban, memperbanyak zikir dan istighfar serta membaca al Qur'an.

Baca: Ini Lho Cara Membuat Cuko Pempek Khas Palembang Yang Enak, Gurih dan Sedap, Bisa Dicoba Di Rumah

Baca: Mengharukan, Curhatan Bocah Ini Sebelum Meninggal, Jadi Pukulan Telak Bagi Orangtua, Bikin Nangis

Di penghujung bulan Syakban ini dan untuk menyambut bulan Ramadan, ada beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh umat muslim, khususnya di Indonesia.

Berikut beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh umat Muslim di Indonesia:

1. Sedekah Ruwah atau Ruwahan

Tradisi Ruwahan yang dilakukan oleh masyarakat sebelum datangnya bulan suci Ramadan
Tradisi Ruwahan yang dilakukan oleh masyarakat sebelum datangnya bulan suci Ramadan ()

Sudah menjadi tradisi masyarakat di Indonesia, jika sebelum memasuki bulan Ramadan akan mengadakan ruwahan.

Oleh karena itulah bulan Syakban dikenal juga dengan bulan Ruwah.

Tradisi Ruwahan merupakan tradisi yang berkaitan dengan pengiriman doa untuk arwah orang yang sudah meninggal dunia yang dilakukan dengan cara mengundang tetangga kanan kiri dan anggota masjid ataupun mushola.

2. Ziarah kubur

Ziarah Kubra yang dilakukan oleh ulama-ulama dan para auliya' di Kota Palembang.
Ziarah Kubra yang dilakukan oleh ulama-ulama dan para auliya' di Kota Palembang. (SRIPOKU.COM/YANDI TRIANSYAH)

Sebelum menyambut bulan suci Ramadan, sebagian umat Islam di Indonesia melakukan ziarah ke makam sanak saudaranya atau keluarganya yang sudah meninggal dunia.

Entah tradisi ini kapan dan siapa yang memulainya, yang pasti tradisi ziara kubur ini sudah berlangsung sejak dahulu hingga sekarang ini.

Sebenarnya ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil pelajaran daripada ziara kubur ini.

Diantaranya untuk menyadarkan diri atau mengingatkan diri kita bahwa kita pasti akan mengalami yang namanya kematian.

Untuk itulah kita harus mempersiapkan diri atau bekal yang akan kita bawa sudah kematian.

Ribuan jemaah Ziarah Kubra melintas di Jl M Isa, Palembang menuju pemakaman Gubah Duku, Jumat (12/6/2015).
Ribuan jemaah Ziarah Kubra melintas di Jl M Isa, Palembang menuju pemakaman Gubah Duku, Jumat (12/6/2015). (SRIPOKU.COM/YANDI TRIANSYAH)

Selain itu juga ziarah kubur juga dapat melembutkan hati, karena ketika kita melihat bagaimana jenazah tersebut dimasukkan ke dalam kubur, maka hati kita akan berpikir, beginilah kondisi kita ketika sudah meninggal dan apakah ada orang yang akan merawat, memandikan dan mengantarkan kita sampai ke liang lahat?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tentunya dapat merubah sikap dan perilaku kita hingga kita bangkit untuk memperbaiki diri dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.

Seperti yang dilakukan oleh masyarakat kota Palembang yang mengadakan ziarah kubro secara rutin tiap tahun sebelum memasuki bulan Ramadan.

Ziarah kubro ini dilakukan oleh ribuan masyarakat dan ulama-ulama yang tak hanya berasal dari kota Palembang saja, tetapi banyak yang datang dari beberapa kota di Indonesia. (sripoku.com/herwis)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved