Ustaz Abdul Somad Sebut Pembeli Kopi Starbucks Dukung LGBT dan akan Masuk Neraka
Nanti di akhirat nampak sumbangannya untuk LGBT. Ditanya malaikat 'LGBT, kenapa kalian besar?' 'Karena ada sumbangan'
Baca: Malam Nisfu Sya’ban Allah Ampuni Dosa Hamba-Nya Kecuali 2, Ini Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Kapitra Ampera, pengacara Ustaz Abdul Somad menjelaskan bahwa ceramah Abdul Somad harus dilihat secara utuh sesuai konteks, bukan hanya sepotong-sepotong saja.
"Kalau memang realitasnya demikian, dia sudah menyampaikan kebenaran. Ustaz Somad itu orang yang tidak punya kepentingan, dia hanya mengajak ke kebaikan dan menjauhi keburukan," kata Kapitra kepada BBC Indonesia.
Baca: Muaraenim Dapat Hak Paten Kopi Semendo, Muzakir: Awas Penjajahan Secara Ekonomi
Menurutnya saat ini Ustaz Abdul Somad sedang berada di Melbourne, Australia sehingga tidak dapat memberikan penjelasan.
Diboikot Islam dan Kristen
Seruan boikot Starbucks sebenarnya telah berlangsung sejak beberapa tahun, untuk berbagai alasan. Untuk isu LGBT saja, Ustaz Abdul Somad tak sendirian.
Website dumpstarbucks misalnya, telah beroperasi sejak 2012 untuk menyerukan pemboikotan terhadap Starbucks karena raksasa kedai kopi itu menyatakan mendukung pernikahan sesama jenis.
Abdul Somad juga memperoleh sekutu dari beberapa pemuka Kristen dan gereja yang juga mengajak umatnya untuk memboikot Starbucks.
Di Amerika, Pastor Steven Andrew dari Gereja Kristen USA mengajak umat Kristen untuk memboikot Starbucks, lagi-lagi karena 'mempromosikan pernikahan sesama jenis', seperti yang dikutip dari websitenya.
Di Indonesia pun, tahun 2017, Anwar Abbas, tokoh Muhammadiyah, meminta pemerintah menarik izin operasi Starbucks karena dukungan mereka terhadap LGBT tak sesuai dengan ideologi negara.
Seruan pemboikotan disambut media sosial dengan puluhan ribu tagar 'boikot Starbucks'.
Bias rasialisme
Belum selesai urusan boikot terkait sikap mendukung kesetaraan soal LGBT, Starbucks didera soal lain yang justru sebaliknya: rasisme.
Starbuck dikecam karena peristiwa di sebuah gerainya 13 April 2018, yang dituding sebagai sekap rasisme.
Saat itu, dua orang berkulit hitam ditangkap polisi di dalam gerai Starbucks di Philadelphia.
Keduanya duduk di dalam gerai tanpa memesan, lalu pegawai Starbucks melaporkan mereka dan polisi datang untuk menahan keduanya.