SFC Update
Sepanjang Karir Melatihnya, Rahmad Darmawan Pernah Dua Kali Kecewa
Jebolan IKIP Jakarta tahun 1990 ini pernah melepaskan dua kali kesempatan untuk meraih gelar AFC Pro itu.
Penulis: RM. Resha A.U | Editor: Tarso
Ia tak ingin melepaskan kesempatan terakhir baginya ini karena berdasarkan regulasi sepakbola tingkat dunia, ke depan semua pelatih yang memegang tim liga 1 di strata negara Asia semua harus punya pro license.
Maklum, ia telah memilih jalan pelatih sebagai karirnya ke depan lantaran telah mencintai sepakbola sejak dulu.
Sadar menjadi pelatih adalah pekerjaannya di masa depan, pelatih kawakan ini pun meneruskan untuk mengambil B AFC (1998) hingga A AFC (2000).
“Saya memang di IKIP tapi ga ingin jadi guru. Saya akhirnya masuk militer. Setelah masuk militer, bakat saya main sepakbola tersalurkan sampai saya cedera. Akhirnya itu yang memacu saya hingga ingin mengembangkan ilmu kepelatihan saya sampai sekarang,” kenangnya.
Darah kepelatihannnya menggelegak, pasca ia cedera tersebut. Ia mengaku, bahkan saat menjadi mahasiswa pun telah melatih tim Mahasiswa Jakarta tahun 1988. Baru setelah lulus kuliah, ia mulai melatih Persikota tahun 1990 serta menyabet gelar C AFC.
Saat ia menimba ilmu di AFC Pro, ia mengatakan wawasannya mulai terbuka. Apalagi di angkatan pertama di Indonesia yang meraih gelar itu, ia membawa segudang harapan agar sepakbola Indonesia bisa meningkat dari levelnya saat ini.
“Kita diharapkan bisa mengembangkan sepakbola Indonesia dari sistem kepelatihan jadi lebih baik lagi dari level saat ini,” jelasnya.