Derita Warga Seberang Ulu, Tiap Hari Didera Kemacetan Hingga Terlambat ke Kantor
'Tet Tet Tet' terdengar raungan klakson dari ratusan kendaraan baik roda dua maupun roda empat tak hentinya bersautan di tengah kemacetan
Laporan wartawan Sripoku.com, Odi Aria
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- 'Tet Tet Tet' terdengar raungan klakson dari ratusan kendaraan baik roda dua maupun roda empat tak hentinya bersautan di tengah kemacetan di arus lalu lintas Jembatan Ampera Palembang.
Ratusan kendaraan dari tiga daerah Plaju, Jakabaring dan Kertapati hampir setiap harinya pagi dan sore hari menumpuk menuju satu lajur di Jembatan Ampera.
Ratusan kendaraan yang mengular di sana membuat para pengendara terpaksa memacu kendaraannya 5-10 KM/JAM, tak jarang warga yang hendak terburu-buru bersenggolan satu sama lainnya bahkan tak sedikit yang nekat menaiki trotoar.

Akibat permasalahan yang diderita warga seberang ulu ini membuat masyarakat mengeluh lantaran mereka seringkali terlambat ke kantor, sekolah serta tempat tujuan lainnya.
Rendi Mamol, warga Kertapati mengaku sudah jengah dengan kondisi tersebut. Ia setiap hari harus tergesah-gesah menuju ke kantor lantaran selalu terjebak kemacetan.
Baca: Semoga Bermanfaat, PT Pusri Serah Terimakan Pembangunan Kanopi di Polresta Palembang
"Derita warga seberang ulu, setiap hari kami harus merasakan kemacetan untuk menuju seberang ilir," kata pegawai swasta ini, Kamis (19/4/2018).
Diakuinya, kemacetan sejatinya menunjukkan kemajuan Palembang sebagai kota metropolis. Namun Rendi sangat menyanyangkan tak adanya pihak terkait mengatur kemacetan sehingga tidak terjadi penumpukan.
"Memang ada petugas yang mengatur, tapi tak seimbang dengan jumlah kendaraan melintas," jelansya.
Baca: Jalin Kerjasama Sriwijaya Post-Tribun Sumsel, Grab Promosikan Keuntungan Gunakan Aplikasi Ini
Romadon warga Jakabaring lainnya meminta pemerintah agar cepat tanggap melihat kondisi tersebut dan mencari solusi terbaik.
Terlebih kemacetan terjadi tak hanya di jam-jam sibuk saja, bahkan jika ada satu kendaraan saja yang mogok di sana kawasan itu langsung macet total.
"Jembatan Musi IV dan VI belum selesai dikerjakan, maka dari itu jika terjadi kemacetan harus diterjunkan banyak personel untuk mengurainya," harap Romadon.
Baca: Peringati Hari Kartini di Muaraenim, Muzakir: Emansipasi Tetapi Jangan Lupa Kodrat Sebagai Wanita
Pengamat Transportasi Sumsel, Saidina Ali menilai kemacetan yang terjadi di Palembang khususnya jembatan ampera merupakan permasalahan klasik. Namun hingga kini belum ada tindakan serta solusi nyata dari pihak terkait.
Ia menyarankan agar pihak terkait untuk mengindentifikasi permasalahan dari sumber kemacetan tersebut jangan hanya dibiarkan seperti saat ini.
Baca: Pemkot Minta PD Pasar Dilibatkan Kelola Pasar Cinde
Seperti tikungan harus dibesarkan serta pelebaran jalan juga harus berimbang dengan volume kendaraan.
"Kemaceta itu karena permasalahan dibiarkan saja dan tak diatur. Itu harus ada ahlinya melihat permasalahan tersebut," tegasnya.
Melihat kondisi yang terjadi sekarang, mantan Kadispora Sumsel ini menyarankan saat kemacetan terjadi mininam harus ada 300 petugas dishub turun tangan langsung dibantu anggota lantas.
Baca: Hadiri Konsolidasi Kader Partai Gerindra se Sumsel, ASRI Dipesani Kalau Sudah Terpilih Ojo Lali
"Jembatan ampera lambat dikit macet, maka harus all out 300 personel dishub yang turun, titik kemacetan harus dipantau lewat IT agar cepat tanggap urai kemacetan," ungkap calon wakil walikota Palembang ini. (*)