Tak Hanya Perang Dunia III, Jika AS Serang Suriah Bisa Picu Perang Mengerikan Ini

Pasalnya peperangan di Suriah akan langsung mengaktifkan bentrok senjata antara pasukan Rusia dan NATO serta AS di Eropa Timur

Editor: Candra Okta Della
Tembakan artileri selama latihan artileri Korea Utara yang terbesar yang menandai ulang tahun ke-85 pembentukan Tentara Rakyat Korea (KPA) pada tanggal 25 April 2017. REUTERS 

SRIPOKU.COM - Sejak Perang Dingin (Cold War) antara negara-negara Blok Barat dan Blok Timur berakhir, yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet, baik Rusia maupun AS terus berusaha mencegah kambuhnya Perang Dingin.

Tapi sejak Presiden Donald Trump berkuasa di AS, kambuhnya Perang Dingin menjadi sulit dicegah mengingat Trump, yang sejatinya seorang pebisnis, ternyata terkesan ‘menginginkan perang’.

Ini bisa dilihat ketika Presiden Trump menyiapkan kekuatan militer dalam skala besar untuk menyerang Korut.

Padahal hanya karena Kim Jong-un, yang oleh para senator AS dijuluki ‘bocah gemuk yang nakal’, mengancam akan merudal nuklir AS, sebenarnya, Trump telah memencet tombol dimulainya  lagi Perang Dingin.

Presiden Rusia Vladimir Putin sebenarnya menyadari jika bangkitnya Perang Dingin akan membuat Rusia tampak lemah.

Pasalnya sejak Perang Dingin berakhir, Rusia telah kehilangan sekutu-sekutunya di Eropa Timur.

Oleh karena itu ketika AS bermaksud menyerang Korut, Putin memilih diam. Apalagi Korut ternyata ‘berani’ melawan AS tanpa bantuan China dan Rusia.

Peluncuran rudal Tomahawk dari sebuah kapal perang
Peluncuran rudal Tomahawk dari sebuah kapal perang (ISTIMEWA)

Rusia hanya mengancam akan  turun tangan jika eskalasi konflik Korut-AS sampai memasuki perbatasan Rusia-Korut.

Kenekatan Kim Jong Un yang berani berperang melawan AS tanpa bantuan Rusia dan China sesungguhnya ditertawakan oleh Putin.

Bahkan Korut  yang berencana meluncurkan rudal balistik untuk menyerang AS melewati wilayah udara Rusia, telah membuat Putin ‘merasa malas’ bersekutu dengan negara tetangganya itu.

Dengan kondisi seperti itu maka Putin lebih suka bersekutu dengan Suriah dan Iran.

Terlebih lagi karena kedua negara itu merupakan pembeli potensial persenjataan canggih Rusia dari sejak era Perang Dingin.

Tapi AS dan sekutunya selalu berusaha keras mencegah bangkitnya Rusia menjadi ‘Uni Soviet dan sekutunya’ di Timur Tengah dan juga Eropa Timur.

Caranya selain akan menggempur Suriah, pasukan NATO serta AS juga telah menempatkan pasukan di negara-negara Eropa Timur, khususnya Ukraina.

Rusia sebenarnya telah menemukan medan Perang Dingin yang baru dan negara-negara sekutu perangnya jika sampai harus bentrok dengan militer AS serta sekutunya di Suriah.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved