Ayat Ayat Cinta 2 Trending di Google. Ternyata Ini 5 Kelemahannya Diungkap Netizen
Banyak orang penasaran dengan kisah film yang bercerita soal cinta dan Islam ini.Apalagi di film pertama banyak.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
1. Fahri terlalu sempurna. bahkan kesalahan Fahri membuat dia sempurna. Tokoh macam begini seperti mustahil. Akademisi sukses terus pengusaha juga. padahal hidup ini pengorbanan dan ada opportunity cost. Di kehidupan nyata, Steve Jobs dan Bill Gates aja mau usaha mesti ngorbanin kuliah. ulama jaman dulu pun untuk nyari ilmu mesti mengorbankan kehidupan sosial dan bisnis. tapi rajin dan tekunnya Fahri bisa dijadikan pelajaran.
2. Hampir semua tokoh di novel ini pernah 'air matanya meleleh'. Si Baruch doang yang engga. Banyak juga kalimat 'matanya berkaca-kaca'. menurut saya terlalu banyak. Sayangnya saya tidak ikut terbawa berkaca-kaca atau memeleh air mata. jadinya aneh gitu. seperti waktu ngeliat semua orang nangis tapi kita bingung karena ga terbawa suasana. 'ini kenapa hey pada nangis?'
3. Tokoh di novel ini bicaranya panjang-panjang. Fahri bisa sampai 4 halaman dialog dia doang. gak ada gitu yang konsisten tokohnya bicara pendek-pendek aja? Di kehidupan sehari-hari, omongan kita tidak sepanjang di novel ini. saya jadi heran.
4. Kisah cintanya begitu.... apa ya? khas Habiburahman. Semua perempuan di novel ini cantik. Kalau ini di-filmkan kita mesti siap-siap punya ustadzah dan seleb instagram baru. Novel-novel dan film adaptasi Kang Abik ini membuat kita susah cari jodoh. Standar kita jadi terlalu tinggi. Kalau cari suami mesti seperti Fahri atau Azzam, sekolahnya di luar negri, sukses akademis dan bisnis. Kalau mau cari istri mesti seperti Aisha, Anna, dll. di bayangan kita ada Rianti Catwright, Oki Setiana Dwi, dll. Persoalan nikah jadi runyam dan sukar
5. kalau soal detil. Kang Abik emang jago. Risetnya bagus untuk nulis novel ini. tapi sayangnya detil itu terdapat nama tempat dan makanan aja. jadi tak terbayang gambar Edinburgh seperti apa. pembaca seperti saya sangat lemah mengingat nama dan sulit mengembangkan imajinasi dari modal nama tempat saja.
(Sripo/Candra)
