Suami Dipenjara Malam-malam Adik Ipar Ketok Pintu. Wanita Ini Dibuat Teriak Karena Ini
Menjadi seorang istri ujian yang dihadapi rupanya cukup berat. Terutama saat mendapat musibah suami meninggalkan istri seorang diri.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
Aku tak peduli dengan pandangan orang lain terhadapku, aku masih muda, baru berumur 26 tahun saja.
Awalnya, saat suami melamar diriku, ia berjanji akan merubah watak dan sifatnya yang sangat kasar itu, buktinya mana? Lelaki memang semuanya sama, aku sangat membenci suamiku!
Ibu mertuaku mengerti pemikiranku tentang cerai, tapi ia diam tak berkomentar apa-apa. Tentu saja! Apa yang bisa ia katakan kepadaku?
Semua ini adalah akibat dari anaknya, suamiku memiliki hutang yang besar kepadaku!
Tetapi karena ibu mertuaku sangat baik padaku, aku juga tak mungkin meninggalkannya begitu saja, langsung saja kuberikan sebagian dari tabunganku kepadanya, dan pesangon kepada adik suamiku (20 tahun), sifatnya sangat berbeda dengan suamiku, ia memiliki sifat yang lembut dan penurut, seperti seekor domba, sangat polos.
Setelah ibu mertuaku menerima uang yang kuberikan padanya, ia diam tak bergeming, akupun kembali ke tempat tidurku dan minum arak untuk melupakan semua hal yang tidak mengenakan.
Minum…minum….minum…. sampai kepalapun mulai terasa pusing, dan dengan cepat langsung tertidur…
Biasanya, tak pernah aku dengan mudah tertidur, selama hari-hari suami masuk penjara, aku selalu insomnia, tidurku tak tenang, bahkan aku sering minum obat tidur, tetapi kali ini aku dapat tidur dengan pulas sampai bermimpi.
Di dalam mimpi, aku.
Aku pun menjawabnya dengan nada tinggi, "Kamu jangan asal bicara!" Adik suamiku tetap menerobos, ia memelukku dari belakang dan memegang tanganku dengan erat.

Saat aku berteriak lepaskan aku, justru semakin erat lagi ia menggenggam tanganku, dan aku semakin meronta-ronta dan teriak lepaskan aku! Pergi kamu!!! PERGI!!
Ia pun langsung melepaskan aku dan pergi, suasana hatiku sangat kacau dan tidak tenang, semakin dipikir semakin marah, aku merasa dipermalukan, ini adalah suatu bentuk hinaan! Aku ingin segera keluar dari rumah ini, bisa-bisa aku semakin gila.
Keesokan harinya, ibu mertuaku langsung mencariku dan meminta maaf kepadaku, ia hanya tidak ingin aku pergi dari rumah, ia sangat menginginkanku sebagai menantunya.
Nasi sudah menjadi bubur, aku sudah tidak bisa memaafkan hal yang terjadi kemarin malam, dengan segera aku pindah ke rumah kontrakan lain.
Hari demi hari telah berlalu, tiba-tiba aku mendapat kabar dari adik suamiku bahwa ibu mertuaku masuk ke rumah sakit, dan kabarnya sakitnya sangat parah.
Adik suamiku ingin aku melihat ibu mertuaku sekali saja.
