Suku Ini Pilih Melahirkan di Semak Belukar daripada Puskesmas, Alasan di Baliknya Mengejutkan!

Adat dan istiadat setiap kota berbeda-beda. Mulai dari ritual menikah hingga melahirkan.Kalimantan merupakan salah satu

Penulis: pairat | Editor: pairat
Istimewa

SRIPOKU.COM-- Adat dan istiadat setiap kota berbeda-beda. Mulai dari ritual menikah hingga melahirkan.

Kalimantan merupakan salah satu gugusan pulau di Indonesia yang memiliki keberagaman suku.

Salah satunya warga Kabupaten Berau, Suku Dayak di Kalimantan Timur.

Suku ini memiliki keunikan tersendiri dalam kehidupan sehari-harinya.

Meskipun zaman sudah modern, warga Berau masih jauh dari kata modernisasi

dan masih menjalankan berbagai tradisi mereka.

Salah satunya adalah tradisi melahirkan di semak belukar,

padahal di sana sudah terdapat klinik dan juga bidan pada puskesmas.

Terkesan cukup tragis, namun warga di sana masih menganut kepercayaan

bahwa melahirkan di semak belukar adalah sebuah tradisi adat setempat.

Nah, kenapa harus seperti itu? Terkesan tidak manusiawi dan cukup mengenaskan.

Berikut ini ulasannya!

Melahirkan bagi seorang wanita perlu perjuangan yang mempertaruhkan hidup dan matinya.

Oleh karena itu, perjuangan tersebut perlu bantuan tim medis.

Namun, berbeda dengan para wanita di Berau, tradisi melahirkan mereka justru dilakukan

secara mandiri di semak belukar. Zaman dulu melahirkan memang hanya dibantu oleh bidan

atau dukun beranak tapi tempatnya masih layak bukan seperti tradisi warga Berau.

Baca:

Contek 5 Gaya Cantik Dian Sastrowardoyo Pakai Kebaya, Bikin Tampilanmu Bak Putri Raja

Woww! Intip Style ala Krisdayanti dalam Sekali Tampil, Bisa Capai Rp 1 Miliar, Ini Fotonya!

Seorang mantri kesehatan setempat bernama Petrus mengatakan

"Ada pantangan tertentu terkait tradisi melahirkan yang dianut, sehingga mereka melahirkan di semak-semak. Setelah lahir, baru dibawa ke puskesmas."

Hal seperti ini juga menjadi tantangan bagi para petugas kesehatan setempat.

Letak geografis pemukiman warga Berau memang masih sulit dijangkau begitu juga dengan medannya

yang tak bisa dilalui dengan kendaraan biasa. Menuju kawasan pelosok desa Berau juga melintasi

bagian Sungai Lesan dan perlu menggunakan jasa kapal yang dikenakan biaya Rp 100.000/ mobil.

Menurut tim kesehatan setempat, mereka harus menghabiskan waktu sekitar 4 jam

untuk menempuh perjalanan dari ibukota Kabupaten Berau.

Baca:

Ini 9 Lokasi Penemuan Harta Karun Terpendam di Indonesia, Salah Satunya di Palembang

5 Kasus Cybercrime yang Membuat Gempar Dunia, Nomor 4 Baru Diketahui Setelah Bertahun-tahun Terjadi

 Tantangan ini bukan berarti petugas kesehatan tak ingin membantu.

Namun tradisi melahirkan di semak belukar belum bisa dihilangkan oleh warga setempat

meskipun mereka sudah mengetahui ada petugas kesehatan yang dapat membantu proses persalinan

mereka. Pihak kesehatan juga selalu melakukan kunjungan dan suplai obat untuk warga Berau setiap sebulan sekali.

Nah, menjawab pertanyaan kenapa warga setempat masih mempertahankan tradisi melahirkan

di semak belukar meskipun petugas kesehatan sudah siap membantu?

Menurut Simon Padan, seorang kepala Kampung Long Pai, warga dari sisi lain Kabupaten Berau

mengatakan bahwa kegiatan tersebut masih dipertahankan karena Suku Dayak mempercayai semak

belukar yang berada di hutan setempat sudah menyediakan beragam kebutuhan manusia termasuk untuk pengobatan.

Bagi wanita proses persalinan mereka dilakukan secara mandiri tanpa bantuan medis

kemudian mereka diobati dengan getah rotan dari jenis tertentu.

Mungkin para wanita di daerah ini memang wanita perkasa dan ada juga yang mempercayai

karena adanya bantuan dan kekuatan gaib saat proses persalinan.

Setelah berhasil melahirkan, barulah bayi akan dibawa ke puskesmas.

Baca:

Bilang Main ke Rumah Teman, Gadis 17 Tahun Asal Palembang Ini Malah Dibeginiin oleh Pacarnya di OKU

Pasutri Ini Tinggal di Selokan Selama 22 Tahun, Bersikeras tak Mau Pindah Ternyata Ini Alasannya

Gimana menurut kamu tradisi ini? Itulah alasan kenapa masih ada tradisi melahirkan yang terkesan

mengerikan tersebut. Tuhan memang sudah menciptakan isi bumi ini untuk memenuhi kebutuhan makhluknya.

Tapi nggak ada salahnya kan kalau kita memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mempermudah kehidupan?

Apalagi kalau kemajuan teknologi itu terbukti dapat lebih menjamin keberlangsungan hidup seseorang.(sripoku.com/pairat)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved