Diserang Wabah DBD, Warga Perumahan Poligon Kenten Laut Ini Panik Bukan Main
Bidannya menyarankan anak saya dibawa ke puskesmas empat hari setelah diperiksa.
Penulis: Refli Permana | Editor: Sudarwan
Laporan wartawan Sriwijaya Post, Refli Permana
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Demam Berdarah Dengue (DBD) menyerang sembilan remaja pria yang tinggal di RT 10 dan 11 Perumahan Poligon Kenten Laut.
Semuanya sudah pulang dari rumah sakit, namun kecemasan akan kehilangan buah hati masih membekas sampai detik ini.
Seperti yang dialami Firmansyah.
Ketika buah hatinya bernama M Ardiansyah divonis mengidap penyakit mematikan ini, panik bukan main.
Maklum, dirinya terlambat membawa Ardi ke rumah sakit karena terlalu menuruti saran bidan yang melakukan pemeriksaan tahap awal.
"Bidannya menyarankan anak saya dibawa ke puskesmas empat hari setelah diperiksa. Untung fisik anak saya kuat karena begitu diperiksa sudah positif mengidap DBD," kata Firman, ketika disambangi di kediamannya Selasa (10/10/2017).
Padahal, ungkap Firman, ia bersama isteri sudah menyadari ada indikasi DBD di tubuh anaknya.
Ini didapat setelah melihat kondisi Ardi yang sering demam di malam hari dan sehat ketika pagi tiba.
Kondisi ini datang silih berganti selama lima hari sebelum akhirnya diperiksa ke bidan.
Ketika berbicara dengan bidan, lanjut Firman, Ardi dikatakan hanya mengalami demam biasa.
Barulah ketika dikatakan ada indikasi DBD, Firman disarankan memeriksakan kondisi anaknya ke puskesmas empat hari kemudian. Karena saran datang dari pihak yang kompeten, Firman mengikutinya.
"Setelah positif, kami langsung membawa ke rumah sakit. Kurang lebih lima hari menjalani perawatan karena bintik merah sudah terlihat dan trombosit mulai tidak normal," kata Firman.
Selama menjalani perawatan di rumah sakit, beber Firman, barulah diketahui anaknya tidak seorang diri menderita DBD.
Ada tujuh remaja pria lainnya dan satu perempuan juga menderita penyakit yang sama.
Lebih mengejutkan lagi, semuanya tinggal berdekatan dengan hanya dibedakan RT.
Mengenai penyakit yang menghidap di tubuh anaknya, Firman menduga karena perubahan musim.
Dirinya yakin tidak ada air menggenang di halaman rumahnya dan juga rutin membersihkan bak mandi.
Hanya saja, di sekitar rumah terdapat bebedapa genangan air hujan di atas kaleng cat.
"Syukur sekarang sudah sehat, namun masih dalam tahap pemulihan. Bintik merahnya bahkan masih terlihat," kata Firman.
Sementara itu, Manuel Galego selaku Ketua RT 11 mengatakan ini kejadian pertama dimana terdapat delapan warganya terjangkit DBD serentak.
Apalagi, yang terjangkit masih berusia sekolah.
Ia lalu mengambil langkah cepat dengan mengajak warga di RT untuk patungan melakukan fogging.
Setelah meminjam alat fogging dari puskesmas serta membeli bahan bakar solar serta obat, fogging dilakukan pada Selasa (10/10).
Naas, ketika fogging baru dilakukan di tiga rumah, alat mendadak tak bisa digunakan.
Sialnya, karena yang melakukan fogging bukan tenaga ahli melainkan inisiatif warga, alatnya sampai sore hari masih belum bisa beroperasi.
Padahal, fogging sudah direncanakan untuk ratusan rumah yang ada di RT tersebut.
"Kita akan lanjutkan fogging Rabu (11/10) demi tidak ada lagi DBD di warga kita. Harapan kita juga supaya dinas terkait ikut memperhatikan kondisi ini dengan menurunkan tim ahli supaya tidak ada halangan dalam pengoperasiannya," kata Manuel.