Sedih! Kaki Sampai Melepuh Jadi Jukir 14 Jam Sehari, Ternyata Nenek 78 Tahun Ini 'Dipaksa' Begini

Fisik yang tidak prima lagi terkadang membuat Nenek Asina merasakan nyeri di kakinya setelah lama berdiri mengatur parkir setiap harinya. Walaupun ke

Editor: Candra Okta Della
SRiPOKU.COM/PANJI MAULANA
Nek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip Palembang 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG – Ketika melintasi jalan Sudirman tepatnya di simpang Sekip di sebuah Alfamart, sosok juru parkir ini mungkin sudah familiar dilihat. 

Ia merupakan seorang wanita yang sudah berusia senja. 

Begini Kisahnya

Sinar Mentari menyongsong teriknya  siang hari ini, desiran debu yang semakin lama semakin menyesakkan tak menjadi halangan bagi Nenek Asina (78) untuk tetap menjalani rutinitas pekerjaannya sebagai juru parkir, Sabtu (12/8/2017).

Wanita paruh baya yang tinggal di kawasan Sekip Pangkal tersebut bercerita kalau ia sudah delapan tahun berprofesi sebagai juru parkir di kawasan simpang sekip pangkal.

Nenek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip Palembang
Nenek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip Palembang (SRiPOKU.COM/PANJI MAULANA)

“Nenek sudah sekitar delapan tahun jadi tukang parkir disini,” ujar nenek Asina.

Semenjak ditinggal suami empat tahun silam, menambah kesedihan Nenek Asina dalam menjalani kehidupannya.

Kini beliau tinggal dengan salah seorang cucunya sedangkan kedua anaknya sudah tinggal ditempat yang berbeda.

Baca:

Manusia Terkaya, Bisa Memerintah Angin hingga Jin. Banyak Tak Tahu Begini Akhir Hayat Nabi Sulaiman

Destiara Talita, Penakluk Hati Walikota Kendari. Ternyata Pernah Jadi Caleg dan Lakukan Ini

VIDEO: Ayu Ting Ting Ketiban Sial, Perhatikan Aksi Panggung dengan Ekspresi Wajah Menahan Malu

Memiliki dua orang anak dan dua orang cucu menjadi salah satu alasan Nenek Asina untuk tetap bekerja.

Walaupun terkadang sering diminta anaknya untuk berhenti bekerja dan istirahat dirumah.

Anak yang pertama memiliki pekerjaan sebagai sopir mobil dan yang satunya berprofesi sebagai pegawai rumahan.

Nek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip Palembang
Nek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip Palembang (SRiPOKU.COM/PANJI MAULANA)

Kulit yang mulai keriput dan pendengaran yang sudah tak setajam dulu terkadang menjadi sedikit halangan bagi Nenek Asina, ketika ditanyai oleh wartawan Sriwijaya Post, kami sedikit kesulitan dalam berkomunikasi sehingga butuh jarak yang begitu dekat agar kami mendengar dengan jelas apa yang dibicarakannya.

Baca:

Kisah Tragis Nasib Bos First Travel. Dari Pegawai Minimarket Hingga Gelapkan Uang Jemaah Umrah

Kisah Nyata, Arwah Ibu Temui Jenazah Anaknya, Mayatnya Menghitam, Ini Yang Dilakukannya Semasa Hidup

Fisik yang tidak prima lagi terkadang membuat Nenek Asina merasakan nyeri di kakinya setelah lama berdiri mengatur parkir setiap harinya.

Walaupun kekuatan fisiknya sudah melemah, Nenek Asina tetap harus bekerja selama 14  jam. 

“Nenek kerjanya dari jam 9 pagi sampe jam 11 malam dan terkadang kaki nenek sakit,” ujar Nenek Asina.

Tidak banyak yang bias diceritakan oleh beliau terkait alasannya menjadi juru parkira  di usianya yang sudah menjelang senja ini.

Alasannya sederhana, hanya untuk mencari uang makan.  

“Gek nenek dak pacak makan kalo dak begawe (Nanti Nenek tidak bisa makan kalau tidak bekerja),” ujarnya.

Nek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip
Nek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip (SRiPOKU.COM/PANJI MAULANA)

Nenek yang kota kelahirannya Inderalaya ini, memiliki postur tubuh yang kecil dan kulit yang sudah mulai menunjukan ketuaannya ikut menggambarkan kerentanan seorang wanita di masa senjanya ini.

Ketika ditanya tentang apa yang diinginkannya suatu saat nanti, ada jawaban sederhana yang biasa kita dengar dari para orang tua yaitu pergi ke tanah suci.

“Kalo punyo duet, nenek nak naek haji, tapi sayangnyo sekarang belom ado duet,” ujarnya.

Baca:

Astaga! Emak-emak Kupas & Buang Kulit Bawang Putih di Kereta, Alasannya Tak Punya Waktu di Rumah

Astaga, Di Foto ini Ada Netizen Sebut Nama Jupe Mengandung Arti yang Mengerikan

Saat beliau bercerita tentang kehidupannya terlihat sekali keikhlasan beliau menjalani kesehariannnya.

Mata yang berlinang melukiskan kesederhanaan sikap dan keinganan yang mendalam untuk secepatnya menjalani ibadah di Tanah Suci Mekkah.

Tanpa sengaja dan terdengar sayup-sayup beliau mengatakan sesuatu yang tak bias didengar dengan jelas, akan tetapi itulah yang membuat emosi batin Nenek Asina memuncak ketika ditanyai tentang kehidupan keluarganya.

Tanpa terasa, sudah satu jam berlalu semenjak Sripo datang ke tempat parkir dimana Nenek Asina bekerja.

Matahari semakin naik ke puncak kepanasannya, tanpa kami sadari ada satu mobil yang ingin keluar parkir dan sontak terdengar suara yang cukup keras dari arah belakang kami.

Nek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip
Nek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip (SRiPOKU.COM/PANJI MAULANA)

“Nek, Itu nah ado mobel yang nak keluar, jangan duduk,” terdengar suara teriakan dari belakang.

Sontak, Nenek Asina langsung bergegas dan meninggalkan obrolan santai yang sudah kami bangun satu jam yang lalu.

Berjalan dengan perlahan tapi pasti nenek Asina memandu mobil yang akan memasuki jalan raya.

Upah sebesar dua ribu rupiah tetap disyukuri beliau tatkala mendapatkan uang dari orang yang parkir.

Dalam satu hari penghasilannya tidak menentu, kadang dua puluh ribu dan juga kalau sedang ramai bias mencapai delapan puluh ribu rupiah.

Tapi setiap sorenya akan ada petugas dari DLLAJ yang meminta uang sebagai setoran pemerintah.

“Dak tentu jugo, kadang 20 kadang kalo lagi rame pacak 80 ribu, tapi dipotong untuk setoran 23.000 ke DLLAJ,” ujarnya.

Ada hal unik yang kami lihat saat berbincang dengan Nenek Asina, tanpa disadari ternyata beliau mengenakan jam tangan berwarna kuning emas di lengan kirinya.

Nek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip Palembang
Nek Asina 78 tahun jukir di simpang Sekip Palembang (SRiPOKU.COM/PANJI MAULANA)

Terlihat unik dikarenakan kulit lengannya yang sudah tidak kencang lagi tampak kontras sekali dengan warna dari jam tangan yang dipakinya.

“Oh ini, dari anak nenek, biar dak lupo waktu, Cuma warnonyo bae kuning emas tu, tapi bukan emas nianan,” pungkasnya.

Akibat sering pulang malam, anaknya seringkali datang menjemput Nenek Amina di tempat beliau bekerja.

“Nenek kan balek jam 11 nah anak nenek jemputnyo jam 8, nunggu sampe jam 11,” ujarnya.

Baca:

Payudaramu Nyeri Sebelum dan Saat Haid? Yuk Lakukan Penanganan dengan 5 Cara Ini

Sedang Bercinta, Pasangan Ini Kepergok Anaknya yang Berusia 4 Tahun, Selanjutnya Ini yang Terjadi!

Hal yang sama disampaikan oleh pedagang yang berjualan di sekitaran tempat parkiran.

Di terik panasnya mentari, Nenek Amina tidak menggunakan alas kaki ketika mengatur parkir.

Itulah yang membuat kaki Nenek Amina sedikit melepuh.

“Nenek Amina tuh kalo begawe galak dak pakek sandal, panas panas tuh,” ujar salah satu pedagang.

Dengan dikelilingi orang-orang yang baik menjadi salah satu faktor yang membuat Nenek Amina bertahan untuk tetap menjadi juru parker disana.

 “Wong disini baek-baek, jadi lemak begawe disini, galak dikasih pempek jugo oleh took sebelah,” tutupnya. (Sripo/Panji Maulana)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved