Hobi Dugem Hingga 'Mahkota' Jebol, Heny Nyesal usai Orangtuanya Jadi Begini. Tragis!
Hampir tidak ada ada petuah agama dan siraman rohani yang bisa menyadarkanku. Aku betul-betul menikmati dunia ini dengan segala kemewahannya.
Penulis: Darwin Sepriansyah | Editor: Darwin Sepriansyah
Tidak tabu lagi bagiku untuk bertemu dan berkencan satu malam dengan laki-laki yang baru kukenal. Asal aku enjoy tentu aku menikmatinya.
Kehidupan bebas di kampus sepertinya mendukung perilakuku. Aku juga sudah jarang pulang ke rumah dan memilih tinggal di kos mewah dekat kampusku.
Awal Kisah Kehancuran Hidupku
Aku yang masih sangat tergantung dari uang orang tua tidak menyadari kalau bisnis ayahku semakin meredup.
Puncaknya tahun 2008 yang lalu, ketika salah seorang rekan bisnis Ayah kabur membawa modal usaha yang telah ayah tanam. Jumlahnya lebih 10 miliar.
Ayahku sampai pingsan dan harus di rawat di rumah sakit karena peristiwa itu. Sebulan di rumah sakit ayahku meninggal.
Setelah ayah meninggal satu persatu kolektor dari bank datang ke rumah menagih utang.
Tentu Ibu tidak tahu menahu dengan semua itu, karena yang dia tahu cuma arisan dan ngumpul dengan teman-temannya.
Akhirnya rumah, mobil dan beberapa unit pabrik Ayah habis untuk membayar utang.
Ibu yang tidak kuat akhirnya depresi dan masuk rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan.
Saudara-saudaraku yang lain pindah ke Kalimantan ikut dengan saudara Ayah, sementara aku tetap di kota ini tinggal bersama bibiku.
Setelah jatuh miskin dan tidak punya apa-apa lagi yang bisa dibanggakan, aku mulai ditinggal teman-temanku. Ke pesta atau ke diskotik aku tidak lagi diajak, mereka tahu aku sudah miskin dan tidak punya harta lagi.
Mereka hanyalah teman palsu yang ada untuk bersenang-senang saja, mereka adalah seperti aku yang dulu yang hanya peduli dengan kesenangan saja.
Aku baru sadar aku salah, salah memilih teman, salah bergaul, kuliahku berantakan dan masa depanku jelas-jelas tidak ada.
Aku yang sekarang bukan siapa-siapa. Aku masih berada di kotaku Makassar.
