Kawasan ini Disebut Tebing Benteng, Ternyata Sekitar Lokasi Dulunya Ada Benteng Belanda
Sebutan Tebing Benteng digunakan warga untuk jalan mulai dari pertigaan tugu Empatlawang sampai ke sekitaran simpang tiga kantor Camat Tebingtinggi.
Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Awijaya
SRIPOKU.COM, EMPATLAWANG - Di Kabupaten Empatlawang tepatnya di Kecamatan Tebingtinggi terdapat nama kawasan dan jalan yang biasanya warga sebut Tebing Benteng.
Kawasan Tebing Benteng ini merupakan kampung terdapat di wilayah Kelurahan Pasar Tebingtinggi dan Kelurahan Kupang.
Jalan di kawasan ini juga oleh warga sebut dengan Jalan Tebing Benteng.
Sebutan Tebing Benteng digunakan warga untuk jalan mulai dari pertigaan tugu Empatlawang sampai ke sekitaran simpang tiga kantor Camat Tebingtinggi.
Walaupun tidak terdapat nama resmi Jalan Tebing Benteng namun sebutan itu sudah melekat digunakan warga.
Sesuai dengan namanya Jalan Tebing Benteng ini merupakan jalan yang merupakan tanjakan atau tebingan karena kawasan Tebing Benteng ini letaknya berada diatas tebingan.
Jalan Tebing Benteng yang juga merupakan jalan penghubung antar Kecamatan Tebingtinggi menuju kecamatan lainnya ini panjangnya tidak lebih hanya sekitar setengah kilometer.
Menurut keterangan warga setempat jalan ini disebut Tebing Benteng karena dahulunya sekitaran rumah dinas bupati dan lokasi rutan Tebingtinggi yang saat ini, dahulunya merupakan benteng dan rumah pertahanan zaman Belanda.
Walaupun bangunan benteng tersebut sudah tidak ada namun kawasan itu masih disebut Tebing Benteng.
Sehingga kampung yang berada di sekitar juga disebut dengan Tebing Benteng sedang bentengnya sudah menjadi Rutan dan Rumah dinas bupati saat ini sebelum dibangun dan berubah seperti saat ini.
"Setahu saya nama Tebing Benteng ini sudah lama, sejak saya masih kecil sudah disebut Tebing Benteng, itu tadi dulu di atas (sambil menunjuk, red) sekitar rutan dan rumah dinas bupati dulunya benteng zaman Belanda, " kata Amancik (62) yang juga warga Tebing Benteng Kelurahan Pasar saat berbincang Sripoku.com, Minggu (30/7/2017).
Dikatakan Amancik ia sendiri sejak masih mudah sudah tinggal di kawasan itu.
Ia mengatakan sayangya tetua adat dan orang yang banyak tahu sejarah lokal di sekitaran Tebing Benteng sudah tidak ada lagi.
Dahulu ia bercerita tidak jauh dari Tebing Benteng di pinggir Sungai Musi ada besi yang tertanam, kata warga besi tersebut tambatan perahu Belanda.
Karena dulunya perahu-perahu yang cukup besar berlayar di Sungai Musi berhenti di kawasan Tebing Benteng dan menambatkan perahunya pada besi yang tertanam, Ia sendiri mengaku pernah melihatnya.
Adalagi warga yang percaya besi yang tertanam berukuran pipa besar dengan tinggi sekitar satu meter bukan besi tambatan perahu, melainkan menurut warga gagang keris atau gagang pedang sedangkan bilahnya tertancam di pinggir sungai Musi.
Sementara saat ditelusuri Sripoku.com lokasi tersebut berada di belakang Hotel Musi Raya, milik Rohana (76), saat ditemui ia mengaku pernah mendengar cerita itu.
Namun saat ini besi yang tertanam tersebut sudah tidak ada lagi karena sudah tergerus Sungai Musi.
Saat ditanya mengenai asal usul nama jalan Tebing Benteng yang berada didepan rumahnya ia tidak tahu pastinya namun yang jelas kata orangtua namanya Tebing Benteng karena dulu ada Benteng Belanda.
Salah seorang pensiunan sipir di Rutan Tebingtinggi, Husin Edi (63) ia bertugas sekitar 33 tahun di Tebingtinggi ia bercerita dulunya sebelum dibangun rutan Tebingtinggi dan rumah dinas bupati memang berdiri Benteng dilokasi itu.
Saat ia baru bertugas di Rutan Tebingtinggi Ia pernah mendengar cerita dari arah lokasi benteng ada terowongan menuju kearah sungai Musi namun kondisi saat ini sudah tidak ada lagi dan di tutup dan ada juga kolam berukuran besar.
"Makanya sampai saat ini kawasan itu disebut orang dengan nama Tebing Benteng," katanya.