Beredar! Beras Didaur Ulang Pakai Pemuti dan Sabun Pencuci Piring, Jika Dikonsumsi Ini Akibatnya

Organ tubuh yang akan terdampak apabila seseorang mengonsumsi makanan seperti itu, menurut dia, mulai dari mulut, usus, hingga lambung.

Editor: ewis herwis
istimewa
Ilustrasi beras rusak 

SRIPOKU.COM, SURABAYA - Beras yang diduga diputihkan dengan pemutih pakaian di Kabupaten Blitar dan yang diduga diputihkan dengan sabun cuci piring di Gresik menjadi perbincangan ramai akhir-akhir ini.

Ahli Gizi Graha Amerta RSUD Dr Soetomo, Eko Dwi Martini mengatakan, setiap orang punya tingkat sensitif yang berbeda-beda terhadap zat asing di dalam tubuhnya.

Orang dengan tingkat sensitif tinggi akan mudah merasakan gejala dari zat tersebut.

Sebaliknya, orang yang tingkat sensitifnya rendah, akan lebih kebal ketika zat asing berbahaya masuk tubuh dalam kadar tertentu.

"Meski tidak berdampak, seharusnya itu tetap tidak dikonsumsi," katanya.

Menurut Eko, zat-zat yang diduga ada pada beras itu tidak selayaknya masuk dalam pencernaan.

Dari sisi gizi, hal itu juga tetap berpengaruh. Namun, untuk menentukannya, beras perlu diteliti dalam labolatorium terlebih dulu.

"Yang pasti, ada pergeseran (nilai gizi)," tambahnya.

Baca: Tetap Cantik Walau Tanpa Make Up, Gunakan Produk Ini, Maka Penampilan Kamu Kian Mempesona

Beras rusak yang siap diberi pemutih
Beras rusak yang siap diberi pemutih ()

Tingkat bahaya pada nasi yang dimasak dari beras seperti itu pun berbeda-beda.

Banyak faktor yang memengaruhi termasuk cara memasaknya.

Eko menyebut, perbedaan itu dimulai dari cara mencuci beras. Tingkat kepekatan air hasil cucian turut memengaruhi.

Organ tubuh yang akan terdampak apabila seseorang mengonsumsi makanan seperti itu, menurut dia, mulai dari mulut, usus, hingga lambung.

"Kalau bahan (zat kimia) selain obat yang masuk ke dalam tubuh, sangat tidak boleh. Sudah jelas itu," tambah dia.

Hal ini berbeda dengan beras oplosan, yakni percampuran antara dua jenis beras atau lebih.

Menurut dia, nasi dari beras ini tidak masalah dikonsumsi dari sisi gizi. Asalkan, proses penanakannya benar.

Melihat kondisi ini, Eko mengimbau agar masyarakat lebih jeli memilih beras di pasaran.

Istimewa
Istimewa ()

Pertimbangan ihwal tingkat keputihan beras harus diimbangi dengan kewaspadaan.

"Karena masyarakat belum terbiasa sampai ke sana. Jadi di sanalah fungsi BPOM harus jalan," tuturnya.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Jatim hingga saat ini belum pernah menemui kasus keracunan atau gejala lain akibat mengonsumsiberas yang diputihkan dengan zat kimia berbahaya, seperti pemutih pakaian atau sabun pencuci piring.

"Kalau laporan, pernah ada. Kami cek, ternyata tidak," kata Kepala Dinkes Jatim Kohar Hari Santosa.

Kasus keracunan yang lebih banyak diterima Dinkes, yakni dari makanan-makanan yang tak layak makan atau basi.

Paling banyak, kejadian pada acara makan bersama-sama atau katering.

Dinkes, kata Kohar, juga rutin mengecek ke lapangan bersama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Biasanya pengecekan dilakukan saban dua bulan sekali. Pengecekan lebih banyak dilakukan di tempat-tempat yang rawan seperti kantin sekolah.

"Di daerah-daerah, kota atau kabupaten, Dinkes punya kesempatan (pengecekan lapangan) lebih," katanya.

Sementara Dinkes provinsi lebih berfungsi sebagai koordinator bersama BPOM. (Aflahul Abidin/M Taufik)

Berita ini telah dipublikasikan disitus Tribun Manado dengan judul:

Waspada! Beras Rusak Dicuci Pakai Pemutih dan Sabun Cuci Piring Lalu Dijual Kembali

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved