Anjing Ini Bisa Berbicara, Dan Mengatakan Suatu Nasehat Yang Membuat Abu Yazid Menangis

Diantara sekian banyak akhlak serta sifat terpuji yang ditekankan oleh agama kita ialah sifat tawadhu (rendah hati).

Penulis: ewis herwis | Editor: ewis herwis

SRIPOKU.COM-- "Kian berisi, kian merunduk".
Begitulah pepatah yang sering kita dengar yang menggambarkan ilmu padi.

Makna dari pepatah tersebut maksudnya adalah semakin tinggi ilmu yang didapat semakin rendah hatinya yakni tidak sombong atau tawadhu.

Diantara sekian banyak akhlak serta sifat terpuji yang ditekankan oleh agama kita ialah sifat tawadhu (rendah hati).

Dikarenakan akhlak mulia adalah inti ajaran Islam, maka tak salah kalau banyak ayat serta hadits yang menganjurkan hal tersebut,

Baca: Ritual Gila!, Karena Ingin Punya Keturunan, Pria Ini Datangi Dukun Dan Lakukan Hal Biadab Ini

Sifat tawadhu ini sangat jarang ditemukan pada zaman ini. Padahal sifat tawadhu ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Seperti kisah Abu Yazid dan seekor anjing.

Di tengah perjalanan malamnya, Abu Yazid al-Bisthami bertemu dengan seekor anjing.
Dengan sigap, diangkatlah gamisnya, dengan maksud agar tidak terkena najisnya.

Spontan anjing tersebut berhenti dan memandang Abu Yazid.
Atas kuasa Allah, Abu Yazid mendengar anjing tersebut berbicara, kepadanya :

"Wahai Yazid, tubuhku ini kering, tidak akan menimbulkan najis kepadamu. Jika pun terkena najisku, engkau tinggal membasuhnya 7x, dengan air dan tanah. Maka najisku akan hilang, namun jika engkau angkat gamismu, karena berbaju manusia, merasa lebih mulia dan menganggap aku hina, maka najis di dalam hatimu, tidak akan mampu terhapus, walaupu kau bersihkan dengan air dari 7 samudera".

Baca: Ternyata Sifat dan Karakter Anda Dapat Dilihat Dari Tanggal dan Hari lahir Lho, Coba Cocokkan

Abu Yazid terkejut mendengar perkataan anjing tersebut. Dia menunduk malu, dan segera meminta maaf kepada si anjing.

Diajaknya anjing tersebut bersahabat dan mengikuti perjalanannya, tetapi anjing itu menolak.

Kemudian anjing itu berkata:
"Engkau tidak mungkin bersahabat dan berjalan denganku, karena orang2 yang memuliakanmu akan mencemooh kamu dan melempariku dengan batu".

"Aku juga tidak tahu mengapa mereka menganggap aku hina, padahal aku telah berserah diri kepada Penciptaku atas wujud ini".

"Lihatlah...
Tidak ada yang aku bawa, bahkan sepotong tulang sebagai bekalku saja tidak.
Sementara engkau masih membawa bekal sekantong gandum".

Kemudian anjing tersebut berlalu..

Dari jauh Abu Yazid memandangi anjing tersebut, berjalan meninggalkannya.

Tidak terasa air mata Abu Yazid menetes, dan ia berkata dalam hati:

"Ya Rabb, untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaan-Mu saja aku merasa tidak pantas.
Bagaimana aku bisa pantas berjalan dengan-Mu?"

"Ampunilah aku, sucikanlah najis di dalam kalbuku ini...".

Masya Allah...

Dari kisah tersebut dapat dipetik beberapa hikmah yaitu
1. Jangan pernah "MERASA LEBIH MULIA" daripada seluruh ciptaan Allah.

2. Jangan pula merasa lebih baik, lebih terhomat daripada orang lain, "karena Allah melihat kalbumu bukan penampilan fisik dan lahirmu".

3. Kebaikan hati tidak perlu diungkapkan, "Allah Maha Mengetahui ketulusan dan keikhlasan kita".

4. Tawadu di dalam iman dan akhlak. Bening hati dengan dzikrullah & qiyamul lail.

Semoga Allah SWT menjadikan kalbu kita bening dan bersih dari segala kotoran, penyakit lahir dan batin sehingga tidak mau setitik pun menilai, mencela dan membuli orang lain, siapa pun dia...

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved