Terkabulnya Doa
Kisah Nyata Terkabulnya Doa Musafir, Apa Saja Doa Mereka ?
Adalah ‘Ala’ bin Al-Hadhrami bersama kaum Muslimin lainnya dalam perjalanan menempuh hamparan gurun pasir.
Penulis: Salman Rasyidin | Editor: Salman Rasyidin
SRIPOKU.COM -- Adalah ‘Ala’ bin Al-Hadhrami bersama kaum Muslimin lainnya dalam perjalanan menempuh hamparan gurun pasir.
Setelah waktu yang lama, rombongan kehabisan seluruh perbekalan. Mereka tetap melanjutkan perjalanan hingga lelah menggelayuti hampir seluruh peserta perjalanan.
Haus yang mereka alami benar-benar akut hingga sebagiannya sudah mendekati ajal atau meninggal dunia.
‘Ala’ bin Al-Hadhrami lalu bersuci --berwudu' dan mendirikan shalat serta memanjatkan doa penuh pengharapan kepada Allah Ta’ala.
“Wahai Zat Yang Maha Pemurah, wahai Zat Yang Maha Mengetahui, wahai Zat Yang Mahaagung, siramilah kami.”
Langit mendadak gelap. Awan tebal bergelayut bak sayap burung. Halilintar bersahutan. Hujan deras membasahi bumi hingga semua yang haus bisa lekas merasakan segar setelah tenggorokan dibasahi air.
Tak hanya itu, curahan air hujan lebih dari cukup untuk mengisi semua wadah air yang dibawa oleh seluruh peserta rombongan.
Seperti dirilis Kisahikmah, rombongan pun melanjutkan perjalanan hingga sampailah di tepi lautan. Tiada satu pun armada atau sarana transportasi untuk mengangkut mereka menyeberang.
Di tengah himpitan masalah itu, ‘Ala’ kembali mengambil air suci, shalat dua raka’at, dan memanjatkan doa.
“Duhai Zat Yang Maha Pemurah, duhai Zat Yang Maha Mengetahui, wahai Zat Yang Mahaagung, buatlah kami bisa melewati lautan ini.”
“Demi Allah,” tulis sahabat Abu Hurairah sebagaimana dikisahkan oleh Imam Abu Bakar Al-Thurthusy Al-Andalusi dalam Al-Ma’tsurat, “kaki kami sama sekali tidak basah, begitu pula dengan sepatu dan kuku binatang kami.”
Allahu Akbar walillahil hamd. Rombongan yang terdiri dari 4000-an penunggang kuda mampu melewati lautan tanpa basah sedikit pun. Allah Ta’ala mengabulkan doa ‘Ala’ bin Al-Hadhrami hingga mereka bisa melewati lautan.

***
Tanyakan pada hati kita, seberapa besar tingkat percaya dalam hati saat menemui kisah-kisah selayak ini? Adakah kita meyakininya, ragu-ragu, bahkan menolaknya?
Inilah iman. Sebagiannya adalah memercayai apa yang tidak logis dalam pemikiran, sebab otak memang sangat terbatas jika dibandingkan dengan Kemahakuasaan Allah Ta’ala.