Benarkah Sosok Misterius Berjubah Hijau yang Muncul di Mekah Ini Guru Nabi Musa? Ini Foto-fotonya
Sesosok pria tinggi besar dengan jubah jijau sederhana dan bersajadah Hijau tampak sujud dengan khusyu, terlihat baju hijau nan sederhana itu
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
Selanjutnya Muhammad Shahir Razalli mengaku begini:"Teringat Kisah Nabi Khidir a.s.. Arwah Tok Guru Haji Daud Bukit Abal pernah berjumpa dgn nya.. Baginda memakai jubah berwarna hijau.. Jubah yg lusuh.. Tpi sgt wangi bau nya."
Hingga berita diturunkan, postingan ini sudah disukai lebih dari 3,4 ribu orang, dan dibagikan sebanyak 1.521 kali.
Sementara itu sudah mencapai ribuan komentar yang rata-rata percaya jika dia merupakan orang pilihan.
Yang jelas dia telah mengajarkan kepada kita semua bahwa menghadapi Allah ada yang penting bersih dan suci, bukan karena kemewahan pakaian yang dikenakan.
Allahu Akbar.
KISAH NABI KHIDIR
Hingga kini dia masih hidup dan menurut kisah dalam Al Quran berada di antara pertemuan antara aliran laut dan sungai.
Kisah Nabi Khidir AS memang sarat pesan dan hikmah bijak.
Sebab dia kerap disebut sebagai guru dari Nabi Musa AS.
Namun dibalik semua adalah kebesarannya, kekuatannya melihat masa depan yang penuh dengan hikmah bagi kaum muslimin.
Nabi Khidir memang tidak dikisahkan bagaimana masa kecilnya.
Sebab kisahnya tertulis dalam Jurnal 1001 Kisah Teladan Muslim.
Bahwa kisah hidupnya dimulai dengan menerima wahyu melalui mimpi, dimana pada suatu malam ia bermimpi mendapat perintah. Perintah tersebut berbunyi: “Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat.”
Begitu bunyi bait pertama kepada Nabi Khidir.
Dia harus menjalankan lima perintah demi ridha Allah SWT.
“Engkau juga dikehendaki berbuat, pertama apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua engkau sembunyikan, ketiga engkau terimalah, keempat jangan engkau putuskan harapan, dan yang kelima larilah engkau daripadanya.”
Memakan Bukit

Maka berangkatlah Nabi Khidir.
Dia kemudian berjalan sesuai petunjuk ke arah barat. Namun baru beberapa kilo keluar dari rumahnya, Nabi Khidir dipertemukan dengan perintah pertama.
Dia bingung karena yang diperintahkan pertama itu adalah memakannya.
Sementara yang ia temui adalah sebuah bukit.
Karena kebingungan itu ia bergumam dalam hatinya.
“Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan".
Meski bingung, Nabi yang kenal pandai dan cerdas itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya.
Ketika ia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti.
Hal inilah yang membuat heran, tetapi dia tahu itu semua kehendak Allah SWT.
Maka Nabi Khidir itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya.
Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu.
Ia pun mengucapkan syukur.
“Alhamdulillah perintah pertama sudah aku kerjakan semoga Allah memudahkan pelajaran yang tersirat ini”, katanya.
Kisah Dengan Mangkuk Emas
Setelah menyelesaikan perintah pertama, Nabi Khidir meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas.
Ia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan.
Untuk itu ia bersegera menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu dan kemudian ia tinggalkan begitu saja.
Setelah meninggalkan beberapa langkah.
Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar seperti semula.
Nabi itu pun menanamkannya kembali.
Kejadian itu berulang-ulang hingga tiga kali berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi Khidir.
“Aku telah melaksanakan perintah-Mu ya Allah".
Kisah dengan Nabi Musa

Suatu hari, seorang dari Bani Israil menemui Musa dan kemudian bertanya,
“Wahai Nabiyullah, adakah di dunia ini orang yang lebih berilmu darimu ?” ujarnya.
Tersentak, Nabi Musa AS pun jelas menjawab, “Tidak”.
Tentu saja, siapa yang mampu menandingi ilmu Musa, utusan Allah kala itu.
Sumber tuntunan agama dan sumber pengetahuan wahyu Allah ada di genggaman Musa.
Ia memiliki Taurat dan beragam mukjizat dari-Nya.
Namun, rupanya Allah memiliki hamba lain selain Musa yang lebih berilmu.
Allah pun menegur dengan mewahyukan pada Musa bahwa tak seorang pun di muka bumi yang mampu menguasai semua ilmu.
Tak hanya Musa, di belahan bumi lain pun terdapat seorang yang memiliki ilmu luar biasa.
Ilmu itu tak dimiliki Musa sekalipun.
Orang itu juga seorang Nabi.
Mengetahui hal tersebut, sontak Musa pun ingin berguru pada orang tersebut.
Ia bersemangat ingin menuntut ilmu dan menambah pengetahuannya.
Singkat cerita Musa kemudian melakukan pencarian.
Ketika mereka telah Sampai pada tempat yang mereka tuju dan bertemu dengan sosok pria yang wajahnya tertutup sebagian oleh kudung.
Sikapnya tegas menunjukkan kesalehannya.
Pria itu ialah Nabi Khidir AS.
“Bolehkah aku mengikutimu agar kau bisa mengajarkanku sebagian ilmu di antara ilmu-ilmu yang kau miliki ?” ujar Nabi Musa AS kepada Khidir AS.
Nabi Khidir AS menjawab,
“Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku” (Surah Al-Kahfi : 67).
“Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebagian dari pada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa.
Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya”, Nabi Musa berkata,
“Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun”. (Surah Al-Kahfi : 69).
Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan,
“Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu". (Surah Al-Kahfi : 70).
Nabi Musa AS mengikuti Nabi Khidir AS dan terjadilah peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahwa Nabi Musa AS tidak akan bertanya mengenai sesuatu tindakan Nabi Khidir AS.
Setiap tindakan Nabi Khidir AS itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa AS terperanjat. (Baca selengkapnya dalam kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa)
