Priono Rela Pertaruhkan Nyawa, Tunggu Uang Ganti Untung Lahan Proyek Flyover Simpang Bandara

Mereka menunggu kabar soal ganti-untung dari pemerintah, yang hingga kini belum ada kejelasan kapan akan cairnya.

Penulis: Darwin Sepriansyah | Editor: Darwin Sepriansyah
SRIPOKU.COM/DARWIND SEPRIYANSYAH
Pengerjaan proyek Flyover Simpang Bandara terus berlangsung kendati masih warga yang bakal terkena penggusuran belum pindah karena belum ada ganti untung 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Sebagian besar warga RT 25, Kelurahan Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami, Palembang, yang terkena imbas pengerjaan Flyover Simpang Bandara, rela mempertaruhkan nyawa mereka dengan tetap bertahan di lokasi proyek.

Mereka menunggu kabar soal ganti-untung dari pemerintah, yang hingga kini belum ada kejelasan kapan akan cairnya.

Padahal pengerjaan proyek terus berlangsung, bahkan hanya berjarak beberapa meter saja dari rumah-rumah warga.

Pengerjaan proyek Flyover Simpang Bandara terus berlangsung kendati masih warga yang bakal terkena penggusuran belum pindah karena belum ada ganti untung
Pengerjaan proyek Flyover Simpang Bandara terus berlangsung kendati masih warga yang bakal terkena penggusuran belum pindah karena belum ada ganti untung (SRIPOKU.COM/DARWIND SEPRIYANSYAH)

Para pekerja terlihat sibuk menyelesaikan tiang pancang, tepatnya di depan kantor Polsek Sukareme. Sementara beberapa girder berada di lokasi dan siap dipasang.

Priono, warga setempat yang rumahnya juga ikut terkena imbas pembangunan flyover mengaku was-was, jika terjadi kecelakaan proyek.

Tiap hari ia tidak bisa tidur nyenyak karena suara-suara bising dari alat-alat berat. Ia pun sadar, bukan tidak mungkin alat-alat berat itu sewaktu-waktu merenggut nyawanya.

"Pastinya kita takut (kalau terjadi kecelakaan kerja), kita di sini pasti ikut kena," katanya kepada Sripo.com.

Dengan raut muka lesu, Priono mengaku terpaksa bertahan di lokasi proyek selama uang ganti-untung untuk rumah dan lahannya yang akan digusur belum diterima.

Menempati rumah seluas 152 m2 dan tanah 195 m2, ia berharap harga yang akan dibayarkan nanti sesuai dengan harga pasar atau paling tidak jangan mencekik warga.

Sebab, dari dana itulah ia baru bisa berencana untuk mencari ataupun membeli tempat hunian baru.

"Sekarang bagaimana kita mau pindah, kalau uang gantinya saja belum dapat. Kabarnya sudah sejak tahun lalu, ini katanya Mei nanti, ada yang bilang Agustus nanti. Jadi kita bingung yang mana yang benar," ucapnya.

Pengerjaan proyek Flyover Simpang Bandara terus berlangsung kendati masih warga yang bakal terkena penggusuran belum pindah karena belum ada ganti untung
Pengerjaan proyek Flyover Simpang Bandara terus berlangsung kendati masih warga yang bakal terkena penggusuran belum pindah karena belum ada ganti untung (SRIPOKU.COM/DARWIND SEPRIYANSYAH)

Namun pria paruh baya yang masih keturanan TNI AU ini telah mengungsikan orangtuanya ke tempat adiknya di daerah Talang Jambe, Banyuasin.

Ia khawatir dengan kondisi sang ibu yang sudah renta, sementara gangguan suara ataupun debu dari proyek tidak bisa dihindari.

Saat ini Priono sendiri yang menghuni rumah untuk menunggu kejelasan ganti-untung, sembari menjalaskan usaha fotocopy di rumahnya.

"Sekarang, kita hanya bisa pasrah menunggu. Pemerintah seharusnya bisa cepat selesaikan persoalan ini, apa mesti ada korban dulu. Apa kita harus tinggal di bawah flyover ini," ucapnya.

Dikatakan, banyak kerugian yang dialami oleh keluarganya dan warga sekitar, tapi nyatanya pemerintah seolah diam saja.

Dulu, mereka sempat diberikan angin surga kalau usaha-usaha warga di sekitar pembangunan akan diberikan kompensasi.

Sebab, faktanya memang setelah adanya proyek flyover ini, pemasukan mereka menjadi berkurang drastis.

"Sekarang fotocopi sepi, jualan juga tidak laku. Katanya bakal ada kompensasi tapi belum ada sampai sekarang," jelas Priono.

Flyover Simpang Bandara
Pengerjaan proyek Flyover Simpang Bandara terus berlangsung kendati masih warga yang bakal terkena penggusuran belum pindah karena belum ada ganti untung (SRIPOKU.COM/DARWIND SEPRIYANSYAH)

Senada, Sunardi pun berharap dari pemerintah agar bisa cepat ada penyelesaian ganti-untung yang diharapkan warga.

Sebab, sebagai rakyat kecil ia telah merelakan warungnya dibongkar, untuk dijadikan lokasi pembangunan tiang pancang.

Diakui pemerintah sudah memberikan kompensasi untuk pembongkaran itu, tapi untuk ganti rugi lahannya belum diterima.

"Kita tidak mau dibilang menghambat pembangunan, tapi pemerintah pun harus pikirkan nasib kita," ujarnya.

Begitupun Lastri, yang mengaku usaha bengkel las dan teralinya seolah mati suri akibat dampak pembangunan proyek flyover, karena akses pelanggan menjadi terhambat.

"Sekarang sudah tiga bulan tutup total, sementara penghasilan kita bergantung dari usaha itu. Kompensasi dari pemerintah pun tidak ada," ungkapnya. (*)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved