Pilgub DKI Jakarta
Saat Sang Pangeran Cikeas Tersungkur pada Pilgub DKI Jakarta 2017
Agus yang diusung Poros Cikeas tidak berdaya di sejumlah tempat pemungutan suara.
SRIPOKU.COM, JAKARTA -- Pangeran Cikeas, Agus Harimurti Yudhoyono menelan pil pahit di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Agus yang diusung Poros Cikeas tidak berdaya di sejumlah tempat pemungutan suara.
Bahkan, hasil penghitungan suara di TPS 30 Muara Baru, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Agus yang berpasangan dengan Sylviana Murni sama sekali tidak mendulang suara alias nol suara.
Nasib beruntung untuk pasangan calon nomor urut 3, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno.
Pasangan ini meraih dua suara di TPS Muara Baru, Pluit.
Sementara 325 suara lainnya dikantongi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat, pasangan calon nomor urut dua. Hanya ada tiga suara yang dianggap tidak sah di TPS tersebut.
Raihan suara Agus-Sylvi pun tersungkur di TPS yang menjadi tempat Agus dan istri mencoblos. Berada di TPS 6 RT III/RW III, Jalan Cibeber I, Kelurahan Rawa Barat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, perolehan suara Ahok-Djarot mengalahkan raihan suara Agus-Sylvi.
Perolehan suara paslon Ahok-Djarot mencapai 286. Membuntuti kemudian, raihan suara Agus-Sylvi sebanyak 127 suara.
Sementara itu, perolehan pasangan cagub-cawagub nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, menempati urutan terakhir dengan 66 suara.
"Ini hasil akhirnya, Pak Ahok di sini unggul 286," kata petugas KPPS Immanuel Partogi di TPS 06, Jalan Cibeber I, Rawa Barat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (15/2/2017).
Untuk diketahui, surat suara yang terpakai di TPS 6 Kelurahan Rawa Barat berjumlah 485 surat suara.
Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya alias "golput" berjumlah sembilan orang. Surat suara yang dinyatakan tidak sah berjumlah enam surat suara.
Penghitungan suara dilakukan sejak pukul 14.20 WIB. Ada 479 suara sah dari keseluruhan warga yang mencoblos.
Penghitungan akhirnya selesai sekitar pukul 16.00 WIB. Petugas sempat menghitung kembali surat suara karena ada selisih satu suara yang belum terdata.
Kekalahan jumlah suara di TPS Agus mencoblos juga diikuti di TPS Sylvi. Pasangan Ahok-Djarot unggul di TPS 103 tempat Sylvi mencoblos.
Di TPS tersebut, Agus-Sylvi memperoleh 88 suara. Ahok-Djarot memperoleh 248.
Pasangan Anies-Sandi 150. Sedangkan surat suara yang tidak sah sebanyak enam lembar.
Hitung cepat Litbang Kompas Pilkada DKI Jakarta 2017 yang berakhir pada Rabu (15/2), sekitar pukul 18.52 WIB, raihan suara Agus-Sylvi terpuruk dibanding dua pasangan calon lainnya.
Agus-Sylvi hanya mendulang 17,38 persen. Basuki-Djarot berada di posisi teratas, dengan perolehan 42,88 persen.
Disusul kemudian, Anies-Sandi dengan 39,74 persen.
Peneliti Litbang Kompas, Ratna Sri Widyastuti, mengatakan, hasil hitung cepat ini merupakan prediksi perolehan secara keseluruhan Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Hasil resmi nanti dari KPU DKI Jakarta," kata Ratna.
Hitung cepat Litbang Kompas kali mengambil sampel di 400 TPS dengan total pemilih 227.453. Metode penentuan TPS dengan menggunakan teknik penarikan sampel secara acak sistematis berdasarkan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di DKI Jakarta.
Dengan tingkat kepercayaan 99 persen dari total maksimal pemilih adalah 7.108.589, maka simpangan kesalahan diperkirakan akan kurang dari satu persen.
Posko Proklamasi Sunyi
Agus-Sylvi merupakan pasangan calon yang diusung Poros Cikeas.
Poros Cikeas ini digawangi Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrat.
Semula, majunya Mayor Infanteri Agus Harimurti Yudhoyono ke kontestasi Pilgub DKI Jakarta cukup menghentak banyak pihak.
Apalagi, saat itu Agus tengah berada di Australia demi melanjutkan pendidikan di sekolah kemiliteran.
Agus pun memilih pulang ke Indonesia setelah mengantongi restu dukungan dari Poros Cikeas.
Agus lalu membentuk posko pemenangan di Wisma Proklamasi Nomor 41, Menteng, Jakarta Pusat.
Posko ini menyatu dengan kantor DPP Partai Demokrat.
Pantauan Tribun, suasana di posko pemenangan Agus-Sylvi tidak banyak berubah sejak waktu pemungutan suara Pilkada DKI berakhir pada pukul 13.00 WIB.
Sebagian besar kursi di halaman kantor DPP Demokrat terlihat kosong.
Layar proyektor yang awalnya menampilkan hasil penghitungan suara sementara pun sudah dimatikan.
Tenda yang awalnya disiapkan untuk menyaksikan proses penghitungan suara, sepi. Tidak terdengar yel pendukung yang meneriakkan nama Agus-Sylvi.
Sejumlah pendukung Agus-Sylvi yang tadinya duduk terlihat lalu lalang, sebagian memilih duduk agak jauh dari tenda pemantauan sambil menikmati sajian mi instan dan kopi yang disiapkan oleh petugas posko.
Rencana awal Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono akan hadir di kantor DPP bersama para pendukungnya.
Hanya Sylvi yang hadir di kantor DPP Demokrat sekitar pukul 14.00 Wib. Sylvi kemudian meninggalkan posko pemenangan sekitar pukul 17.15 Wib.
Sylvi memilih bungkam kepada media. Ia hanya melempar senyum saat ditanyai wartawan.
Tak ada kata-kata yang diucapkan Sylvi.
Suasana di DPP Demokrat berbeda dibanding suasana di DPP Partai Gerindra dan Rumah Lembang.
Di DPP Gerindra, tim pemenangan pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Anies Baswedan-Sandiaga Uno berkumpul dan menggelar jumpa pers.
Dalam jumpa pers tersebut, hadir pasangan Anies-Sandi, Ketua Tim Pemenangan Mardani Ali Sera, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Presiden PKS Sohibul Iman, dan tim pemenangan lainnya.
Di markas tersebut, kegembiraan terlihat. Mereka mengklaim memperoleh suara paling tinggi berdasarkan hitung cepat dan exit poll yang dilakukan tim internal.
Suasana gembira juga terlihat di Rumah Lembang, tempat berkumpul pasangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-Djarot Saiful Hidayat serta tim pemenangan dan pendukung.
Politisi Partai Demokrat Dede Yusuf mengklaim, partainya menemukan sejumlah kecurangan di beberapa TPS.
Menurut Dede, kecurangan terjadi di beberapa wilayah DKI Jakarta, antara lain Cakung, Pluit, dan Kelapa Gading.
"Sudah ada yang masuk tetapi belum kami kumpulkan. Di grup kami sudah lihat beberapa daerah. Ada di wilayah Cakung, Pluit, dan Kelapa Gading," ujar Dede di Kantor DPP Demokrat.
Menurutnya, ada pula informasi mengenai kampanye hitam terhadap pasangan Agus-Sylvi.
Meski demikian, Dede mengaku optimistis pasangan Agus-Sylvi bisa memenangi pertarungan di Pilkada DKI Jakarta.
"Yang menyebarkan isu atas nama pasangan kami pun ada juga. Jadi ini semua masih disusun. Tapi harus optimistis, yakin dong. Harus yakin masuk putaran kedua," ujar dia.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, rendahnya perolehan suara pasangan Agus-Sylvi di sejumlah hitung cepat lembaga survei, tak terkait polemik antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar.
Wapres beranggapan, kecenderungan masyarakat dalam memilih pasangan calon kepala daerah lebih melihat pada aspek kepercayaan.
"Percaya kan bisa macam-macam percaya karena prestasinya, atau percaya karena ideologi, bisa percaya karena kesamaan agama, percaya masa depan, macam-macam pertimbangan orang," kata Kalla di Rumah Dinas di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Meski demikian, Wapres tak menampik, bahwa polemik di antara keduanya sedikit memberikan pengaruh.
Namun, tidak terlalu signifikan. Ia menambahkan, dalam sebuah kontestasi demokrasi, keributan merupakan hal yang wajar.
Setidaknya, hal itu terlihat di dalam media sosial selama beberapa waktu terakhir. Namun, dalam praktek di lapangan, keributan itu minim.
"Di lapangan kan baik baik aja, jadi itu akan menjadikan ini akan optimis keadaan di Indonesia," kata Wapres seraya mengatakan, Agus masih memiliki kesempatan di lain waktu mengingat usia yang terbilang muda.
"Kalau (nomor) satu masih mudalah, masih ada kesempatan nanti," ungkapnya.
Menurut Wapres, dibandingkan dua kandidat pasangan calon lainnya, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, pasangan Agus-Sylvi relatif masih hijau dalam berpolitik.
"Ini kayaknya berdasarkan senioritas ini," ujarnya. (Tim Tribun)