Tingkatkan Nilai Kebangsaan, Siswa di Muaraenim Dialog dengan Veteran

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mentransformasi semangat perjuangan para pelaku sejarah (veteran) kepada para pelajar

Penulis: Ardani Zuhri | Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM/ARDANI ZUHRI
Tampak Dandim 0404 Muaraenim Letkol Inf Jamaludin memberikan pencerahan dan penyuluhan untuk memotivasi siswa tentang kebangsaan dan NKRI, di SMAN 1 Muaraenim, Sabtu (30/4/2016). 

SRIPOKU.COM, MUARAENIM -- Untuk memotivasi dan meningkatkan nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda, Yayasan Sahabat Veteran bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Muaraenim, menggelar Sosialisasi Program Transformasi Semangat Perjuangan oleh Pelaku Sejarah (Veteran) di Masjid Taliburrahman SMAN 1 Muaraenim, Sabtu (30/4/2016).

Hadir sebagai narasumber Dandim 0404 Muaraenim Letkol Inf Jamaludin, Ketua DPC Legiun Veteran Republik Indoensia Dewan Pimpinan Cabang Muaraenim M Nuri, Kaban Kesbang andi Wijaya, perwakilan Kesra Muaraenim, perwakilan pejuang (veteran) dan ratusan siswa SMAN 1 Muaraenim.

Menurut Koordinator Sahabat Veteran Palembang Anjar Riski didampingi Kepsek SMAN 1 Muaraenim Darmadi MSi, tujuan kegiatan ini adalah untuk mentransformasi semangat perjuangan para pelaku sejarah (veteran) kepada para pelajar, sehingga para generasi muda dapat meneladani semangat para pejuang dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankan NKRI, yang berkorban moril maupun materil, bahkan jiwa dan raga, merdeka atau mati. Selain itu juga, untuk memantapkan kembali nilai-nilai kebangsaan yang sudah renggang, akibat pengaruh dari dalam maupun luar yang mengikis rasa kebangsaan.

Kegiatan ini yang ketiga kalinya. Pertama di SMAN 2 Muaraenim, dilanjutkan ke SMA PTBA, dan ketiga di SMAN 1 Muaraenim. Nanti ke depan, akan digilir ke seluruh SMA dulu. Sebab jika tidak sekarang kapan lagi, apalagi pejuang (veteran) yang ikut berperang semakin lama akan semakin berkurang dan akhirnya habis.

"Kita ingin mengambil dan menularkan nilai luhur dari para pejuang seperti semangat, disiplin, jujur dan ikhlas dalam berjuang tanpa pamrih dengan taruhan nyawa," ujar Anjar.

Ketua DPC Legiun Veteran Republik Indoensia Dewan Pimpinan Cabang Muaraenim M Nuri, bahwa veteran terbagi tiga kelompok yakni Veteran pejuang yang berjuang dari tahun 1945-1949. Lalu, veteran pembela yaitu yang membela bangsa dari kekuasan asing yang bercokol seperti Tim-tim, Irian Barat dan Konfrontasi Malaysia. Terakhir veteran perdamaian yang bertugas melaksanakan misi perdamaian dunia yang diutus melalui PBB.

Saat ini, kata M Nuri pensiunan TNI AD ini, bahwa jumlah anggota veteran Kabupaten Muaraenim 133 orang yang terdiri dari Janda veteran 80 dan veteran 53 orang. Namun dari 53 orang tersebut, veteran pejuang hanya masih tinggal sekitar 15 orang, selebihnya adalah veteran pembela. Dan beberapa tahun terkahir, para veteran sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah sebesar Rp 1,5 juta terdiri dari Rp 750 tunjangan veteran dan Rp 700 dana kehormatan. Selain itu juga, sebagian besar veteran sudah diberangkatkan umroh gratis dari Bupati Muaraenim dan Gubernur Sumsel.

"Kami berterimakasih atas bantuan tersebut, di usia senja kami masih diberikan kesempatan untuk beribadah," ujarnya.

Sementara itu Bupati Muaraenim Muzakir melalui Kaban Kesbang Andi Wijaya, saat ini, nilai-nilai kebangsaan melalui materi Pancasila dan Sejarah Perjuangan Bangsa di dunia pendidikan tingkat dasar, menengah pertama dan menengah atas harus lebih dioptimalkan. Karena salah satu untuk membentengi para generasi muda dari pengaruh asing adalah mulai menanamkan faham kebangsaan sejak dini.

Indonesia sebagai negara multikultural dengan berbagai ragam suku, budaya, bahasa dan agama merupakan anugerah yang sangat luar biasa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Namun keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi kerawanan, karena semua jenis perbedaan itu akan sangat mudah memicu terjadinya konflik sosial di masyarakat, baik konflik antar suku, antar agama dan tawuran antar pelajar. Apalagi saat ini, wawasan kebangsaan sudah mulai tergsesr oleh berbagai budaya asing, para generasi muda banyak yang tidak bangga atas negaranya sendiri dan lebih membanggakan negara lain yang menurut pandangan mereka lebih baik dan modern.

Jika ini terus terjadi, maka kedepan wawasan kebangsaan akan semakin terkikis dan menghilang dari diri para generasi muda. Kondisi disintegrasi sosial akan menjadi ruang terbuka yang bisa diasupi oleh kepentingan asing yang kemudian dapat menyebabkan rontoknya sebuah bangsa tanpa harus perang. Trend perang ini lebih dikenal dengan istilah proxy war (perang proksi) yaitu perang dimana salah satu pihak menggunakan pihak ketiga atau kelompok lain untuk berperang melalui berbagai aspek seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya (Ipolek Sosbud) dengan cara intervensi dan memberi tekanan, ujar Andi.

Dari uraian tersebut, kata Andi, wawasan kebangsaan sangat penting dan merupakan tanggungjawab bersama. Untuk mempertahankan negara tidak cukup hanya dengan memperkuat alutsista dan menambah personil TNI tanpa memperhatikan stabiloitas keamanan atau kekuatan pendukung ketahanan negara itu sendiri.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved