Bukit Batu Serunting Sakti

Kumpulan batu-batu besar yang melebar beragam bentuk itu, ada yang kecil, sedang, besar, dan sangat besar.

Penulis: wartawan | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM/MAT BODOK
Seorang pengunjung sat befoto di dekat Batu Gajah. 

MEMANDANG ketinggian Bukit Batu yang berada di Desa Bukit Batu Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), setinggi 85 meter dari dasar tanah di atas luas tanah 23 Hektar di tengah semak belukar yang nyaris terkikis dari perkembangan jaman.

Kumpulan batu-batu besar yang melebar beragam bentuk itu, ada yang kecil, sedang, besar, dan sangat besar yang tampak di pandangan mata, batu-batu itu kokoh dengan berdiri tegak lurus dari dasar tanah yang digali pihak perusahaan yang mencari keuntungan dari bukit batu ini.

Ditengah-tengah batuan bukit ada pohon karet milik warga, keberadaan pohon karet ini membuat Bukit Batu tak begitu serem seperti dalu, karena saban hari ada petani yang menderes karetnya.

Ketika pengunjung hendak menuju ke Bukit Batu, dipastikan para tamu yang ditemani oleh juru kunci, penjaga taman Bukit Batu, Abu Samah alias Wag Gabus (83) akan disambut oleh Gajah yang dalam keadaan ke empat kaki tertekuk, duduk. Tapi, gajah disini berbentuk Batu Gajah yang terkena kutukan berada dibawah pohon.

Pengunjung sebelum melihat-lihat beragam jenis batu disini sebaik lebih awal mengucapkan salam kepada Serunting Sakti. Tak jauh dari Batu Gajah berjarak 150 meter bisa ditempuh dengan sepeda motor maupun naik mobil.

Setelah sampai di tempat Serunting Sakti, pengunjung bisa beristirahat sejenak di gubuk Serunting Sakti dengan ukuran 3 x 8 meter yang berdinding setengah dinding batu berlantaikan keramik dan beratapkan seng. Bangunan ini, dibangun oleh warga desa yang membayar niatnya untuk menegakan tempat untuk Serunting Sakti, karena hajatnya terkabulkan oleh Allah SWT, ketika berminta dan berdoa di sekitar tempat persinggahan Serunting Sakti.

“Ini tempatnya Serunting Sakti beristirahat,” kata Wag Gabus yang mengenakan kaos hitam. Tempat ini lanjutnya biasa didatangi orang yang mau mengirimkan alfatehah dan yasin kepada Serunting Sakti.

Sampai sekarang di tempat Serunting Sakti masih dikenal sebagai tempat keramat yang sakral untuk bersemedi khususnya di malam Jumat atau bulan purnama. Orang yang mempunyai niat khusus, misalnya ingin berhasil dalam suatu hal, sukses dalam usaha bisa memohon petunjuk disini.

“Tapi, tempat kita kembalikan kepada Yang Maha Kuasa, Yang Maha Kaya, Yang Maha Segalanya tak lain Allah SWT,” timpal Junaidi warga Desa Sungai Batang OKI pendamping tamu dari Palembang.

Biasanya, setelah permohonan dikabulkan, mereka akan kembali datang membayar niatnya sebagai tanda ucapan terimakasih.

Di dalam gubuk ini ada sebuah batu besar dan di keliling kayu dan di atapi ijuk sapu warna hitam berbentuk limas. Di atas atap ini ada buku surat yasin. Sebelum memanjatkan doa, biasa tamu harus membakarkan kayu yang telah disediakan penjaganya.

“Yang datang kesini kebanyakan orang luar, tapi saya tak bisa menyebutkan satu persatu,” ujar Wag Gabus yang menyayangkan pihak pemerintah kabupaten dan provinsi kurang peduli dengan situs bersejarah ini sehingga terbengkalai bahkan nyaris sirna dikeruk oleh perusahaan.

Setelah bertamu di Serunting Sakti, barulah melangkahkan kaki menuju istanah batu tempatnya putri beristrirahat. Disini ada batu yang berbentuk kamar, tak jauh dari kamar ada batu berbentuk bak mandi, satu meter dari sini tempatnya putri menjemur pakaiannya di atas batu yang terhampar. Disini pulah, putri menjemurkan badannya setelah mandi seraya memandang pemandangan hijau nan jauh.

“Ini tempatnya putri tinggal, dan lengkap dengan kamar mandi dan jemuran pakaiannya,” ujar Wag Gabus seraya tak lepas dengan sebatang rokok yang menyungging dibibirnya.

Wag Gabus juga menunjukan, batu isaran beras yang telah menjadi batu besar. “Ini isaran beras yang menjadi batu.

Selain itu, ada juga batu pengantin, berbagai bentuk perabotan rumah tangga yang berbentuk batu. “Batu-batu ini sebenarnya menggambarkan rumah kerajaan yang dihuni orang-orang yang memiliki ilmu. Sayangnya batu-batu ini, tidak dilestarikan dengan baik. Kami orang desa tidak banyak berbuat apa-apa. Ilmu kami terbatas kami hanya punya tenaga dan pikiran tapi tak mampu melaksanakan,” tutur Wag Gabus yang tak banyak bicara mengenai kebaradaan tumpukan batu yang berbagai bentuk tadi.

Cerita Wag Gabus, lokasi Bukit Batu sumpahan yang dikeluarkan dari mulut Si Pahit Lidah yang memang sakti. Sehingga apa yang diucapkannya baik itu berupa ucapan baik atau buruk kontan akan membuat benda atau wujud yang diucapkan menjadi batu atau apa yang diucapkannya.

Bagi yang ingin menghilangkan penat, bisa datang dan melihat ketakjukan Bukit Batu yang terletak di Desa Bukit Batu Kecamatan Pangkalan Lampam. Tak jauh dari Kabupaten Kota Kayuagung, berkisar 2,5 jam menuju Bukit Batu. Begitu juga dari Kota Palembang cukup menyisihkan waktu 3 jam sudah sampai. Pengunjung tak perlu ragu-ragu dan jangan takut merogoh kocek, masuk ke Bukit Batu tak pakai biaya. Juru kunci Bukit Batu tak mematok biaya masuk atau pun pemberian pengunjung.

Bukit Batu di OKI ini, sudah dikenal seluruh Indonesia sampai mancanegara. Tapi jangan lupa, pengunjung dipastikan membawa bekal cemilan atau minuman ringan, karena Bukit Batu jauh dari warung.

Kedatangan pengunjung ke Bukit Batu ini, ada yang sekedar menikmati pemandangan alamnya yang mengesankan. Ada yang memang sengaja berniat untuk meminta dan memanjatkan doa untuk meminta suatu yang diinginkan di tempat persinggahan Serunting Sakti, Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat.

Jika pengunjung terus menyelusuri Bukit Batu tertinggi dan memandangkan mata ke bawah, tampak suasana alam yang damai dan menakjukan seraya ditiup aingin sepoi-sepoi. Lebih lagi, bisa memanjakan kedua bola mata memandang hamparan nan luas pepohonan yang berada disebrang yang masih alami.

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved