Puncak Musim Kemarau, Tim TMC Sulit Cari Awan Potensial Hujan

Pelaksanaan TMC dengan penyemaian awan pada puncak musim kemarau tidak mungkin diharapkan menghasilkan hujan yang bernilai ekonomis.

Editor: Soegeng Haryadi
TRIBUN SUMSEL
Tiga orang Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi unit pelaksanaan Teknik (BPPT-UPT) Hujan Buatan sedang menebarkan garam dari atas pesawat TNI AD, Senin (6/10/2012). Penyemaian garam ini dilakukan di kawasan di Kayu Agung hingga Pampangan Ogan Komering Ilir (OKI). Penaburan garam ini untuk mempercepat pemerataan hujan di wilayah Sumatera Selatan. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Kasi Observasi dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Agus Santosa mengatakan, membuat hujan buatan harus menunggu potensi awan. Namun pelaksanaan TMC dengan penyemaian awan pada puncak musim kemarau tidak mungkin diharapkan menghasilkan hujan yang bernilai ekonomis, karena pada periode tersebut awan penghujan sangat terbatas atau bahkan tidak ada.

"Anginya rawan membawa uap air sehingga kurang menghasilkan awan. Bahkan sedikit sekali. Jadi kemunculan awan memang fluktuatif. Paling tidak berpotensi di siang hari. Sementara TMC baru bisa diterapkan ketika terjadi pembentukkan awan. Kalau tidak ada sama sekali maka tak bisa," ujar Agus yang ditemui Senin (6/10/2014) lalu.

TMC memiliki cara kerja dengan hujan diturunkan lebih dahulu di beberapa wilayah. Dalam sekali pengaplikasiannya, umumnya menghabiskan 3.000 karung garam Perak Iodida seberat 4 ton yang diangkut menggunakan pesawat Hercules C-130 milik TNI AU. Setelah mencapai titik yang dituju, seluruh garam tersebut ditebar. Selain menggunakan pesawat, modifikasi cuaca juga dapat dilakukan dengan menggunakan flare (roket) yang menembakkan garam ke awan.

Pada kondisi tertentu, penerapan TMC dengan partikel higroskopik membuat proses hujan dapat dimulai lebih awal, durasi lebih lama, dan daerah hujan pada awan semakin luas, serta frekuensi hujan di tanah semakin tinggi. Dari sinilah didapatkan tambahan curah hujan. Injeksi partikel ke dalam awan memberikan dua manfaat sekaligus, yang pertama adalah mengefektifkan proses tumbukan dan penggabungan sehingga mempercepat terjadinya proses hujan, dan yang kedua adalah mengembangkan proses hujan ke seluruh daerah di dalam awan.

Beberapa jenis bahan higroskopik dapat digunakan, di antaranya Urea, CaCl2, dan NaCl (Sodium klorida). Bahan yang telah digiling halus, dikemas dalam kantung plastik kedap udara dimuat ke dalam pesawat yang dilengkapi dengan corong pembuangan keluar, dan terbang menuju awan kumulus yang berkembang, dengan ciri penampilan berbentuk bunga kol.

Pesawat pun akan terbang memasuki awan, dan ketika berada di dalamnya, bahan dilepaskan keluar. Kegiatan ini disebut penyemaian (seed) awan. Posisi awan pun harus terletak di atas target yang telah ditentukan. Sehingga dengan proses waktu, hujan turun di atas target. Keberadaan awan diinformasikan oleh pos pengamat, atau dicari selama penerbangan.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved