Titik Api Sumsel Meningkat

Pantauan dari satelit itu dilakukan sepanjang Agustus 2014 atau bertepatan saat musim kemarau mulai menjukkan tanda-tandanya.

Penulis: Refli Permana | Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM/SYAHRUL HIDAYAT
Helikopter Rusia Mi8 MTV bersama tim gabungan BPBD Sumsel, Dinas Pertanian, Dinas Perhubungan, BMKG, Kehutanan melakukan survei titik pengeboman yang akan dilakukan, Jumat (13/6). Tim menemukan titik api (hotspot) di kawasan Cengal Ogan Ilir. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Musim kemarau yang sekarang melanda Sumsel membuat titik api di provinsi ini meningkat. Hingga akhir Agustus 2014, titik api di Sumsel sudah mencapai 463 titik.

Kepala UPTD Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Sumsel, Ahmad Taufik, mengatakan jumlah tersebut merupakan hasil pantauan dari Satelit Aqua/Terra Modis.

Pantauan dari satelit itu dilakukan sepanjang Agustus 2014 atau bertepatan saat musim kemarau mulai menjukkan tanda-tandanya. Fakta ini menunjukkan mulai meningkatnya titik api di Sumsel dari bulan-bulan sebelumnya.

"Tercatat, titik api sepanjang Agustus 2014 sudah ada 463 titik. Rata-rata setiap hari ada belasan hingga puluhan titik api yang muncul," kata Taufik, Minggu (31/8/2014).

Tiap harinya, lanjut Taufik, titik api yang terpantau oleh satelit berubah-ubah. Contoh, dalam pekan ini, ada 19 titik api. Jumlah itu berbeda dengan pekan sebelumnya. Hanya saja, rata-rata dalam satu hari ada belasan titik api.

Masih kata Taufik, ada beberapa daerah di Sumsel yang titik apinya cukup banyak. Daerah-daerah itu adalah Muara Enim, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, dan Banyuasin. Bisa dikatakan, daerah yang banyak titik apinya masih berkategorikan kawasan yang penuh hutan.

"Dari satelit, hotspot belum terdeteksi di hutan gambut karena kondisinya masih basah. Meski demikian, tetap waspada dan jangan melakuka pembakaran untuk pembebasan lahan," kata Taufik.

Taufik memperkirakan, titik api di Sumsel akan mencapai puncak tertinggi pada September dan Oktober mendatang. Hal ini berkaitan dengan suhu udara yang cenderung panas di musim kemarau. Dengan begitu akan mengancam 3,5 juta hektare hutan di Sumsel.

Untuk mengantisipasi adanya kebakaran hutan besar-besaran hingga menyebabkan kabut asap, Taufik dan pihaknya sudah menempatkan tim pemadam kebakaran di titik yang dinilai rawan.

"Kita sama-sama berharap tidak terjadi kabut asap ekstrim seperti di provinsi lain. Untuk itu, masyarakat sebaiknya berhati-hati dalam melakukan pembebasan lahan," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved