Cap Go Meh
Gemerlap Pulau Kemaro Tandai Cap Go Meh
Pulau Kemaro Palembang semalam, Jumat (22/2/2013), benar-benar menjadi lautan manusia karena perayaan Cap Go Meh.
Penulis: Refli Permana | Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pulau Kemaro Palembang semalam, Jumat (22/2/2013), benar-benar menjadi lautan manusia. Hampir tak ada ruang kosong yang tersedia di salah satu pulau kebanggaan provinsi Sumsel itu. Tidak hanya didatangi warga Tionghoa yang sedang merayakan Cap Go Meh, mereka yang juga tidak merayakan ikut serta menghadiri Pulau Kemaro.
Beraneka cara dilakukan warga Tionghoa yang menghadiri Pulau Kemaro menjelang puncak perayaan Cap Go Me, yang terjadi tengah malam nanti. Ada yang berjalan mengelilingi Pulau Kemaro, ada yang kongkow-kongkow bersama kerabat di salah satu rumput yang ada di Pulau Kemaro, ada juga yang mengabadikan momen disamping pagoda yang ada di Pulau Kemarao.
"Tadi sudah jalan-jalan. Sembari nunggu tengah malam, kami duduk-duduk dulu," kata salah satu pengunjung.
Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, seakan tak ingin ketinggalan merayalan Cap Go Me di Pulau Kemarau. Gubernur berambut cepak itu malah menyumbangkan lagu kesayangannya atas permintaan warga yang ada di Pulau Kemaro.
Usai bernyanyi, Alex turun dari panggung. Ia lalu berjalan sedikit ke tengah menuju pagoda. Rupanya, mantan orang nomor satu di Muba itu hendak memukul gong, yang menjadi tanda perayaan Cap Go Me terus berlanjut.
Kegemerlapan Cap Go Me di Pulau Kemaro sudah terlihat dari kejauhan. Warna khas warga tionghoa, merah, begitu dominan tampak di Pulau Kemaro. Puluhan tenglong yang sudah digantung membuat Pulau Kemaro merah membara.
Kegemerlapan ini tak hanya terlihat di Pulau Kemaro. Percikan kembang api yang dinyalakan warga dari Pulau Kemaro seakan memecah kegelapan langit yang menyelimuti Pulau Kemaro. Warna-warni percikan kembang api disertai bunyi letusan menjadi pertanda Pulau Kemaro benar-benar membara malam itu.
Begitu juga dengan pertunjukkan barongsai. Tim Barongsai Tridarma cukup berhasil menghibur warga yang hadir di Pulau Kemaro. Tak lelah, pemain barongsai yang mengenakan kostum kuning-merah itu menghibur warga yang merayakan Cap Go Me.
Pastinya, ratusan warga yang mendatangi Pulau Kemaro menjadi ladang uang tersendiri bagi para pedagang. Demi mendapat untung sekecil apa pun, beberapa pedagang rela disesaki warga pengunjung. Mereka yang disesaki warga adalah pedagang yang tidak kebagian tempat untuk berdagang di tempat yang sudah disediakan.
Begitulah keadaan setiap kali perayaan Cap Go Me tiba. Pulau Kemaro yang seperti pulau mati di malam hari tiba-tiba menjadi gemerlap dan disesaki ratusan manusia. Setidaknya, satu tahun sekali, suasana seperti ini akan selalu terlihat di Pulau Kemarao. Sampai jumpa di Cap Go Me tahun depan.
Berita Terkait