Mutiara Ramadan
Ikhlas, Diartikan sebagai Memberi atau Menerima Sesuatu Tanpa Punya Maksud Tertentu
Maknanya diartikan sebagai memberi atau menerima sesuatu tanpa punya maksud tertentu. Tanpa beban, begitu kira-kira. Memberi ya memberi, menerima ya m
Oleh : Dr. Yenrizal, M.Si
(Dosen FISIP UIN Raden Fatah)
SRIPOKU.COM - Ikhlas adalah kata yang cukup sering terdengar dan diucapkan manusia. Saat memberi atau menerima sesuatu, sering dilontarkan kata-kata, “ikhlas nggak ?” Maknanya diartikan sebagai memberi atau menerima sesuatu tanpa punya maksud tertentu. Tanpa beban, begitu kira-kira. Memberi ya memberi, menerima ya menerima. Ikhlas yang diterjemahkan sebagai tindakan secara kasat mata.
Istilah ikhlas kemudian terkesan sangat mudah diucapkan. Ringan dilidah, namun bukan mudah untuk dilaksanakan. Apakah ada manusia sekarang ini yang betul-betul tanpa beban, tanpa ada pikiran macam-macam, saat memberi atau menerima sesuatu? Sulit sekali menemukannya. Kasus-kasus calon anggota legislatif yang meminta kembali pemberiannya gara-gara tidak terpilih dalam pemilu adalah contoh nyata pemberian yang tidak ikhlas. Politik uang dalam pemilu, adalah contoh paling konkrit. Saya beri anda uang, tapi pilih saya. No free lunch.
• Keutamaan dan Rahasia di Balik Surat Al Ikhlas Serta Waktu-Waktu Terbaik Untuk Diamalkan Sehari-hari
• Upaya Menjadi Hamba Allah Yang Ikhlas
Dalam Islam, istilah Ikhlas adalah sesuatu yang sangat penting sekali. Surat Al Ikhlas yang isinya mengatakan keesaan Allah adalah bukti pentingnya sikap ikhlas. Mengakui dan meyakini keberadaan Allah SWT harus dengan sikap tanpa iming-iming, tanpa paksaan, tetapi berasal dari keyakinan dalam diri sendiri. Ikhlas itu lillahita’ala.
Ikhlas itu ada dalam hati, tertanam di dalam dada, dan terwujudkan dalam kegiatan sehari-hari. Ikhlas dalam konteks ketulusan, tanpa ada pamrih, sesungguhnya lah tidak memandang agama. Agama yang kemudian memberi keyakinan bahwa ikhlas itu harus dilakukan. Apapun agama dan keyakinan seseorang, soal ikhlas sepertinya berlaku sama. Objek mungkin berbeda, tapi makna sama. Semua soal ketulusan dalam melakukan sesuatu.
Sebuah kisah nyata pernah saya alami. Suatu hari, sekitar tahun 2006 lalu, saya sedang menuju ke sesuatu tempat dengan sepeda motor. Hujan turun dan saya mesti berteduh di emperan sebuah rumah makan mewah. Saat hujan reda, motor saya hidupkan, ternyata macet dan tak mau distarter. Kendati sudah diengkol berkali-kali tetap saja tak hidup. Saya cek busi, bagus, perapian bagus. Tak terpikir untuk cek tanki minyak, karena saya yakin masih ada, kemaren pagi baru diisi. Tapi motor ini tetap tak mau hidup. Hampir setengah jam saya mengutak atik, tapi tak ada hasil. Saat itulah, secara tiba-tiba datang seorang tua dengan mengendarai sepeda motor (menurut saya sudah butut) dari arah samping rumah makan. Sepertinya ia karyawan di rumah makan tersebut. Matanya sipit, kulitnya putih. Saya tahu ini adalah rumah makan milik etnis keturunan Tionghoa.
Tanpa basa basi ia langsung hampiri saya, menyodorkan sebuah botol air mineral bekas yang dari warnanya saya tahu berisi bensin/premium. “ini ambillah, mungkin cukup untuk ke pom bensin,” ujarnya sambil berlalu. Belum sempat saya ucapkan terimakasih apapun, ia sudah hilang. Kaget, tapi botol itu sudah ditangan, saya tuangkan ke tangki, starter dan langsung hidup.
Ikhlas itu tak mengharap apa-apa. Saya tak tahu si bapak tua di atas, iapun tak kenal saya, kami juga tak sempat kenalan. Yang saya ingat hanya di kantong motornya tergantung batangan shio, khas etnis Tionghoa. Apa yang dilakukannya jelas sangat membantu saya, menyelesaikan masalah saya saat itu juga. Ia mungkin tak tahu apakah saya kemudian bisa menghidupkan motor atau tidak. Baginya hanya membantu sesuai dengan apa yang dimilikinya saat itu.
Momentum ramadan dan momentum berbagai peristiwa yang melanda negeri ini, jika dikaji sebenarnya adalah persoalan keikhlasan. Ikhlas itu tidak pula serta merta diterjemahkan sebagai legowo, nrimo, pasrah. Ikhlas punya makna yang lebih luas, yaitu ketaatan pada Allah SWT. Segala yang dilakukan hanyalah karena ridho dari Sang Pencipta. Itu untuk mengatakan level tertinggi yang harusnya tercapai. Tetapi ikhlas juga membutuhkan usaha, usaha yang juga membutuhkan keikhlasan tentunya. Boleh saja anda berusaha mati-matian segala cara agar terpilih menjadi anggota legislatif, DPD, atau mungkin Presiden. Berusahalah semaksimal mungkin, tapi hasil akhir bukan milik anda. Ini pengunci keikhlasan.
Seorang teman dulu saat akan menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 nya, berhasil dengan nilai terbaik dan predikat Cumlaude. Ia sebenarnya mahasiswa yang biasa saja, bukan katagori tercerdas, aktif, atau favorite. Biasa saja. Tapi ia bisa lulus terbaik dengan satu kunci. Usaha itu adalah proses, sedang saat ujian adalah soal hasil. Manusia punya kemampuan pada proses, soal hasil bukan wewenang dia. Begitulah, ia habis-habisan menyelesaikan Tesis, belajar banyak buku, diskusi dengan berbagai pihak, bimbingan dengan para dosen secara intens, tak ada waktu untuk bermain atau berleha-leha. Semua dilakukan dengan satu tujuan, menyelesaikan studi, dan studi adalah Ibadah. Sampai hari ujian, maka ia sudah merasa siap, lahir batin. Sebelum berangkat ia sudah berkata pada dirinya. Segala usaha sudah kulakukan, ikhtiar sudah maksimal, sekarang apapun hasilnya itulah yang terbaik. Pasrah itu harus dimunculkan di saat hasil akan didapat. Lempeng, legowo, dan nrimo.
Tetapi dalam konteks manusia yang penuh hawa nafsu, intrik, dan kepentingan duniawi, mencapai level keikhlasan tertinggi, kiranya tidaklah mudah, bahkan cenderung mustahil. Ikhlas seolah-olah hanya miliknya kaum sufi. Namun sebagaimana kata pepatah, tak ada yang mudah tapi tak ada yang tak mungkin. Manjadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil. Al Baqarah 213 bisa jadi pengunci penting, “ boleh jadi kalian menganggap baik sesuatu, padahal itu tak baik buat kalian, dan boleh jadi kalian menganggap jelek sesuatu padahal itu baik untuk kalian. Allah mengetahui sedang kalian tak tahu apa-apa.” Tak mesti frustasi anda tidakjadi anggota legislatif, DPD, Presiden dan lainnya, karena anda tak tahu apakah itu baik untuk anda atau tidak.