Mutiara Ramadan
Ecak-ecak, Berbohong Hanya Main-main
Awalnya, orang berbohong hanya main-main, maka kata ecak-ecak-lah yang digunakan. Misalnya, “Ajaklah balek budak itu, ecak-ecak nak kau belike es krim
Oleh: Izzah Zen Syukri
Dalam Bahasa Melayu Palembang dikenal istilah ngecak i, ngotak i, dan mudike. Ketiganya masih satu saudara, yakni sama-sama memiliki nuansa makna yang nyaris sama, yakni membohongi. Hanya kadar kebohongan satu dengan lain saja yang membedakannya.
Awalnya, orang berbohong hanya main-main, maka kata ecak-ecak-lah yang digunakan. Misalnya, “Ajaklah balek budak itu, ecak-ecak nak kau belike es krim”. Awalnya, tujuan seseorang ini untuk membujuk supaya seorang anak kecil mau diajak pulang.
• Cowok Nekat Membohongi Orangtua, Niatnya Hanya Bercanda tapi Bisa Bikin Ia Tak Diakui Sebagai Anak
• Ecak-ecak Sanjo, Pria Ini Embat Motor Teman
Kelihatannya cara yang digunakan orang tua untuk membujuk anaknya ini tak berdampak apa-apa. Toh, anaknya nurut dan akan lupa dengan janjinya. Andai strategi ini digunakan terus-menerus, anak akan merasa terbiasa ditipu. Bukan tidak mungkin suatu saat mereka pun terbiasa melakukan hal itu kepada orang lain. Akibatnya,kita memiliki andil besar melahirkan penipu-penipu ulung buat negeri ini gara-gara kegiatan semacam ini dianggap lumrah.
Alkisah, suatu hari Baginda Rosulullah Saw menyaksikan seorang ibu memanggil anaknya. Supaya nurut dan segera mendekat, si anak diiming-imingi dengan sesuatu yang disukainya. Melihat kejadian ini, Rasul pun menghampiri sang ibu sambil menanyakan bahwa adakah sesuatu yang dijanjikan itu betul-betul akan diberikan kepada sang anak.
Legalah Baginda Rosul saat sang ibu benar-benar memberikan apa yang dijanjikan kepada anaknya tersebut. Nabi pun memuji serta menasihati sang ibu (yang notabene untuk kita semua) bahwa perbuatan membohongi walau dalam skala kecil sangat tidak baik diajarkan walaupun anak-anak belum mengerti.
Di masa-masa berikutnya, seorang Imam Besar dan ahli hadis terkenal pernah memiliki kisah bernada serupa. Suatu saat Imam Bukhori sedang mengembara untuk mengumpulkan hadis-hadis soheh. Dari kejauhan diamatinya perilaku salah satu calon narasumbernya yang menurut kebanyakan orang adalah seorang yang alim lagi soleh.
Untuk membujuk hewan peliharaannya supaya mau masuk kandang, orang ini ecak-ecak punya makanan yang disembunyikannya di tangannya. Merasa akan diberikan makanan, hewan ini pun manut. Ternyata, tak ada apa pun pada genggaman tangan orang tersebut. Menyaksikan hal itu, Imam Bukhori pun mengurungkan niatnya menjadikan orang tersebut sebagai salah satu narasumbernya.
Rosulullah Saw bersabda Alaikum bis shidqi fa innas shidqo yahdii ilal birri, wa innal birro yahdii ilal jannati ‘Wahai umatku, hendaklah kalian berbuat jujur karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga’.
Ramadhan tidak saja menjadi madrasah agar seorang mukmin “diwisuda” dengan mengenakan jubah kesabaran. Bulan ini juga mendidik diri kita untuk berbuat jujur. Mana ada orang yang tahu kita masih puasa atau sudah batal diam-diam. Akan tetapi, karena kekokohan iman, dilihat atau tidak dilihat manusia pun, kita tetap menahan apa yang telah diperintahkan Allah dan Rosulnya untuk ditahan.
====