Kisah Tertangkapnya Otak Komunisme di Indonesia hingga Rekam Jejak Pembantaian Sadis PKI
Sejarah kelam 30 September 1965 saat tragedi penghianatan Gerakan 30 September (G30S) PKI tak dapat dilupakan begitu saja.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
SRIPOKU.COM - September selalu menjadi bulan kelabu bagi Indonesia.
Sejarah kelam 30 September 1965 saat tragedi penghianatan Gerakan 30 September (G30S) PKI tak dapat dilupakan begitu saja.
Setidaknya berdasarkan catatan sejarah, PKI berulang kali mencoba memberontak dan menghancurkan tatanan Pemerintahan.
PKI tak cuma sebuah partai, tapi sebua ideologi yang dianggap sangat berbahaya di semua tempat di semua negara.
Beruntung Indonesia cepat bertindak, dan dalam waktu setahun Indonesia bebas dari PKI.
Hal itu ditandai dengan ditangkapnya salah satu otak PKI yang berhasil kabur saat diburu.
Dia adalah Letnan Kolonel Untung bin Syamsuri adalah Komandan Batalyon I Tjakrabirawa yang memimpin Gerakan 30 September pada tahun 1965.
Ia lahir di Desa Sruni, Kedungbajul, Kebumen, Jawa Tengah pada 3 Juli 1926, wafat di Cimahi, Jawa Barat 1966.
Untung adalah bekas anak buah Soeharto ketika ia menjadi Komandan Resimen 15 di Solo.
Ia merupakan Komandan Kompi Batalyon 454 dan pernah mendapat didikan politik dari tokoh PKI, Alimin.
Semasa perang kemerdekaan untung bergabung dengan Batalyon Sudigdo yang berada di Wonogiri, Solo.
Selanjutnya Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto memerintahkan agar Batalyon Sudigdo dipindahkan ke Cepogo, di lereng gunung Merbabu.
Kemudian Kusman pergi ke Madiun dan bergabung dengan teman-temannya.
Setelah peristiwa Madiun, Kusman berganti nama menjadi Untung Sutopo dan masuk TNI melalui Akademi Militer di Semarang.