Berita Palembang
Langkah Tertatih Kesenian Wayang Palembang agar Terus Bertahan Ditengah Kencangnya Arus Zaman
Sempat berjaya di tahun 1980-an dan mendapatkan bantuan dari UNESCO pada 2004 silam tak serta merta menjadikan kesenian ini bisa terus berjaya.
Penulis: Jati Purwanti | Editor: Ahmad Sadam Husen
Laporan wartawan Sripoku.com, Jati Purwanti
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Sempat berjaya di rentang tahun 1980-an dan mendapatkan bantuan dari UNESCO pada 2004 silam berupa seperangkat gamelan dan wayang kulit rupanya tak serta merta menjadikan kesenian ini bisa terus berjaya.
Bahkan menurut Dalang Wayang Palembang, Ki Agus Wirawan Rusdi, pada perhelatan akbar Asian Games 2018 di Palembang pihaknya justru tidak dijadwalkan mengisi kegiatan tersebut.
"Kalau pun kemarin kami ada pagelaran sebenarnya itu diundang oleh pribadi bukan oleh pihak Dinas Pariwisata Kota Palembang," ujar Ki Agus, Sabtu (11/08/2018).
Dikatakan Ki Agus, beberapa bulan terakhir memang ada isu jika ia dan tim sanggar Sri Palembang diberi kesempatan untuk mengenalkan salah satu kebudayaan asli Bumi Sriwijaya ini saat pesta olahraga se-Asia tersebut digelar.
Namun hingga gelaran tersebut tinggal menunggu hari pelaksanaan, tak ada pemberitahuan lebih lanjut dari pihak pemerintah.
"Pernah ada tawaran 2 Kali manggung untuk Asian Games namun belum ada kepastian. Kami tidak bisa tiba-tiba manggung karena harus latihan dan mempersiapkan berbagai keperluan untuk tampil," ungkapnya.
Ki Agus menambahkan, sejak 12 tahun lalu hingga kini wayang Palembang tak lagi dipentaskan di Istana Gubernur Palembang dan pihak istana lebih sering mementaskan wayang dari Jawa.
"Kami sama sekali belum pernah main di Griya Agung sejak 2006 padahal sebenarnya jika diundang pasti kami akan tampilkan yang terbaik agar semua masyarakat tahu tentang wayang asal kota ini," tambahnya.

Selain itu, nampaknya pemerintah hanya serius mmemperkenalkan wayang saat ada momen besar kenegaraan atau kunjungan presiden ke Palembang.
"Karena presiden orang Jawa jadilah kita diminta main. Pemerintah ini panas dingin."
"Sibuk kalau ada protokoler. Ramai promosi, setelah presiden pulang ya kembali lagi kami dilupakan," jelasnya.
Menjadi dalang wayang Palembang, lanjut Ki Agus, tak semembanggakan seperti dalang wayang di daerah lain terlebih lagi seperti dalang di wilayah Jawa.
Tarif pertunjukan yang dinilai rendah menjadi salah satu alasan banyak generasi muda yang enggan menjadi bagian pelestari kesenian ini.
"Sekali manggung hanya diberi honor 200 hingga 300 ribu untuk dua jam. Dan itu sangat kecil."