Berita OKU
Sejak Ada Jembatan Program TMMD ke-102 OKU, Dusun Kandang Macan Tak Lagi Terisolasi
“Alhamdulillah sejak ada jembatan gantung hasil TMMD dusun kami tidak lagi terisolir “ kata Indra seraya menambahkan jembatan gantung Program TNI
Penulis: Leni Juwita | Editor: Siti Olisa
Laporan wartawan Sripoku.com, Leni Juwita
DUSUN Kandang Macan, mendengar namanya saja kita bergidik membayangkan binatang buas yang sewaktu-waktu siap menerkam nyawa siapa saja.
Hanya orang yang memiliki nyali saja yang berani mendekat ke kawasan itu.
Dusun Kandang Macan merupakan dusun yang berada kawasan seberang sungai pecahan dari Desa Belimbing di Kecamatan Peninjauan Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan.
Menurut salah seorang tokoh masyarakat Desa Belimbing Indra Jaya (76), sekitar tahun 30 tahun silam ada seorang warga bernama Jasiro yang nekat membuka lahan perkebunan di Dusun Kandnag Macan.
Padahal saat itu Dusun Kandang Macan masih merupakan hutan belantara yang menakutkan karena masih banyak binatang buas, seperti macan.
Untuk melindungi diri binatang buas bernama macan ini, Jasiro lalu membuat pondok dilengkapi pagar (kandang-Red) kokoh yang menggunakan pohon-pohon besar untuk menghalangi macan mendekat ke pondoknya.
Upaya Jasiro ini berhasil, macan tidak bisa mengganggunya dan mulailah pria pemberani ini membuka lahan dan bercocok tanam di kawasan yang terkenal serem itu.
Tanah di kawasan seberang ini memang subur dan cocok untuk bercocok tanam dan Jasiro menjadi petani yang berhasil. Melihat kesuksesan Jasiro, banyak warga Desa yang ikut bertani di wlayah Kandnag Macan.
Beberapa tahun kemudian ada program Transmigrasi masuk ke wilayah ini, nadi kehidupan di dusun yang berpenduduk 1.300 jiwa itu berubah.
Kehadiran penduduk pendatang, dari Jawa dan Bali membawa inspirasi dalam banyak hal termasuk cara bertani lebih moderen, Karet merupakan tanaman primadona di Dusun Kandang Macan dan hasilnya luar biasa.
Seperti dituturkan Kades Belimbing Yusman, setiap dua minggu sekali produksi karet mencapai 15 ton, kalau sebulan mencapai 300 ton.
Namun kendalanya masalah transfortasi hanya menggunakan perahau untuk menyeberang Sungai Ogan membawa hasil bumi ke pasar.
Kesulitan petani membawa hasil produksinya bila harus melewati jalur air dengan menanggung resiko berbahaya.
Terpaksa melewati jalur memutar melewati Batumarta ditempuh 2-3 jam dengan sepeda motor.