Hikmah Ramadhan, Berpuasalah Seperti Ulat Jangan Seperti Ular, Begini Perbedaannya
Nah, dari puasa kedua hewan inilah kita bisa mendapatkan hikmah berpuasa sebagai seorang mukmin. Ada semacam pengistilahan
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Marhaban ya Ramadhan Puasa Ramadhan, selama 30 hari, artinya ada kurun waktu yang sudah ditentukan Allah SWT dalam setiap tahunnya. Di mana ada tiga tahapan dengan 10 hari pertama, 10 hari kedua dan 10 hari ketiga.
Tahapan ini dijalani secara alami sebagai umat Nabi Muhammad SAW dan secara sempurna dijalankan sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Kewajiban berpuasa disebutkan secara jelas dalam Al Quran Surat Al Baqarah:
“Bulan Ramadhan adalah bulan bulan diturunkannya Al Qur’an. Al Quran adalah petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (QS. Al Baqarah: 185).
Secara hukum disebut pula sunnatullah. Di bulan Ramadhan, tidak hanya manusia yang berpuasa, dipastikan seluruh mahkluk Allah ikut pula berpuasa. Namun ada fenomena alam yang sudah menjadi hukum alam secara alamiah akan dapat kita lihat dari proses berpuasa hewan yang menjalani hidup secara alamiah.
Contohnya kupu-kupu yang menjalani metamorfisis dari seekor ulat dan ada pula seekor ular yang berpuasa karena hendak mengganti kulit.
Nah, dari puasa kedua hewan inilah kita bisa mendapatkan hikmah berpuasa sebagai seorang mukmin. Ada semacam pengistilahan mau puasa seperti apakah kita sebagai seorang mukmin dan muslim?
Yuk kita ikuti proses puasanya Ulat dan Ular dengan tujuan, tentu saja ingin berubah lebih baik lagi.
A. Puasa Ular
Seekor Ular akan menjalani sunnatullah, sebagai mahkluk hidup, di mana selalu berganti kulit dalam setiap kurun waktu tertentu. Kulit yang sudah tua harus diganti dengan kulit yang lebih mudah.
Ganti kulit seekor ular tidak lah mudah. Dia harus menjalani proses berat, yakni melakukan puasa tanpa makan dan minum.
Dia akan menjalani proses berat dan betul-betul harus dijalani dengan sempurna, jika salah maka si ular akan menemui ajalnya.
Maka setelah sampai batas waktu, siular dapat mengganti kulitnya jauh lebih muda dan indah.
Namun, di sini bukan soal proses ganti kulit yang kita lihat, tetapi pasca ganti kulit. Maka ada beberapa hal yang perlu kita simak dan ambil inti sarinya, setelah si ular menjalani puasa dalam waktu yang cukup lama.
1. Meski sudah ganti kulit dan menjalani puasa yang lama, ternyata bentuk dan wajah serta badannya tidak ada perubahan, pasca puasa tetaplah sama. Hanya mungkin tubuhnya dari segi ukuran dan panjangnya yang berubah, namun bentuknya tidak berubah.
2. Namanya, ya tetaplah ular baik sebelum dan sesudah puasa tetap sama, dia tetap disebut sebagai ular, bukan kupu-kupu atau ayam misalnya, atau naga.