Update SFC

RD Akui Pemain Terpancing Ritme dan Pressing Ketat Permainan PSM PSM Makassar

"Kami terpancing permainan lawan yang memperagakan permainan pressing ketat dan bermain sedikit keras,"

Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Pelatih Rahmad Darmawan mengakui tidak menyangka jika PSM Makassar yang biasasnya bermain menunggu di setengah lapangan untuk kemudian melakukan serangan balik cepat itu, melakukan taktik berbeda dengan bermain agresif dan pressing ketat.

"Kami terpancing permainan lawan yang memperagakan permainan pressing ketat dan bermain sedikit keras," ujar Pelatih Rahmad Darmawan.

Dua mengatakan di babak pertama pemain memang terkejut dengan permainan PSM Makassar yang melakukan pressing ketat, dengan sistem pertahanan grendel, di mana, ketika diserang PSM akan menunggu dengan menggunakan lima bek di belakang.

Bahkan Guy Junior pun membantu pertahanan. Praktis di babak pertama PSM Makassar hanya menggantung Ferdinand Sinaga di depan untuk melakukan sprint-sprint mengejar bola-bola panjang yang dilepas para pemain belakang atau gelandang.

Permainan PSM ini efektif, karena praktis permainan Esteban Vizcarra dkk tidak berkembang.

Hal itu diakui Pelatih Rahmad Darmawan, bagaimana permainan anak asuhnya di babak pertama.

"Praktis di babak pertama, permainan kita tidak berkembang, pemain kurang berani melakukan aksi individu dengan menguasai bola. Sehingga di babak pertama ini kita hanya mendapatkan satu peluang saja," ujar Pelatih Rahmad Darmawan.

Sementara di babak kedua, RD menilai anak asuhnya lebih berkembang, namun PSM MAkassar bermain konsisten bahkan juga mencipta banyak peluang.

"Ini akan menjadi catatan bagi saya karena ke depan seharusnya pemain  lebih percaya diri dalam menghadapi situasi seperti ini," ujar RD.

Dalam pertandingan yang berlangsung Sabtu (28/4), tampaknya Sriwijaya FC akan merebut kemenangan dengan muda, karena PSM bermain bertahan.

Namun di luar dugaan, meski bermain menunggu dan bertahan. PSM tidak lantas pasrah diserang, mereka justru bermain agresif dan melakukan pressing ketat di semua sisi lapangan.

Akibatnya permainan SFC tidak berkembang. Terlebih lagi Patrich Wanggai tidak mampu berbuat banyak dil ini depan.

Baru di babak kedua, ketika RD menurunkan Beto, permainan lebih berkembang. Beto lebih bergerak dimanis dan setidaknya dia menciptakan dua peluang meski gagal dikonversi menjadi gol.

Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved